Oleh : Chaidir Toweren bin Ibrahim
Tribuneindonesia.com
Bagaimana agar sakit berbuah menjadi sebuah kebahagian, bukan keluh kesah, karena seorang muslim pasti mengetahui janji-janji Allah SWT berikan dibalik itu semua, dan itu ada dalam Al Qur’an maupun melalui lisan yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman (yang artinya), “Tiada suatu bencana pun yang menimpa dibumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Nahfuzh) sebelum kami menciftanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah SWT. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah SWT tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al Hadid: 22-23).
Rasululah SAW juga bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah SWT akan menggugurkannya bersama dengan dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Didalam dunia ini atau didalam sebuah kehidupan sesuatu yang tidak dapat kita pungkiri oleh siapapun adalah bahwa kehidupan ini tidak hanya dalam satu keadaan. Ada senang, ada duka, ada canda, ada tawa dan kadang kala harus menangis. Ada sehat, namun juga adakalanya kita sakit. Dan semua ini adalah Sunnatullah yang mesti dihadapi siapa saja.
Hari ini suatu hal yang diangkat penulis adalah dimana seorang manusia menghadapi ujian berupa sakit. Tentu keadaan sakit ini lebih sedikit atau lebih sebentar dibandingkan dengan keadaan sehat. Yang harus kita ketahui oleh setiap insan muslimin bahwa tidaklah Allah menetapkan (mentaqdirkan) suatu takdir, melainkan dibalik taqdir itu terdapat hikmah, baik diketahui ataupun tidak.
Bahkan dengan adanya sakit, banyak manusia akan menyadari kesalahan dan kekeliruannya selama ini sehingga sakit tersebut mengantarkannya menuju pintu taubat. Justru bila kita tidak mengalami sakit atau apapun bentuknya, akan membuat kita semakin sombong. Bahkan Rasulullah SAW yang merupakan manusia termulia sepanjang Sejarah juga pernah mengalaminya.
Allah SWT pernah mencoba kepada Fir’aun, sepanjang hidupnya tidak pernah tertimpa ujian sakit, apa yang terjadi, Fir’aun menjadi sombong dan bahkan berani menyatakan dirinya Tuhan.
Yang perlu penulis tekankan disini bahwa, sesungguhnya Allah SWT telah menciftakan sebuah penyakit tentu ada penawarnya. Maka obat dan dokter adalah sebuah cara untuk kesembuhan, sementara kesembuhan yang hakiki hanya datang dari Allah SWT. Karena semujarap apapun obat dan dokter spesialis berikan, jika Allah SWT tidak menghendaki kesembuhan, kesembuhan tidak akan kita dapatkan.
Wallahu a’lam bishawab