BIREUEN,/Tribuneindonesia.com Mewujudkan pendidikan yang setara dan inklusif di lingkungan madrasah kembali ditegaskan. Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bireuen secara resmi mengukuhkan Forum Pendidik Madrasah Inklusi (FPMI) periode 2025–2029, dalam sebuah prosesi yang berlangsung khidmat di Aula kemenag, Selasa 24 juni 2025
Pengukuhan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat peran madrasah sebagai institusi pendidikan yang ramah terhadap semua peserta didik, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Forum ini digagas sebagai wadah sinergi antara guru, tenaga kependidikan.
Prosesi pengukuhan dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Aceh, Drs. H. Azhari, M.Si., yang menekankan bahwa pendidikan inklusif tidak boleh berhenti pada jargon atau formalitas administratif.
“Madrasah harus menjadi ruang aman dan nyaman untuk semua anak, tanpa diskriminasi. Pendidikan inklusif adalah amanah moral dan bentuk nyata dari keadilan sosial. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi kewajiban kita bersama sebagai pendidik dan manusia beriman,” ujar Azhari dengan nada tegas.
Kepala Kankemenag Bireuen, Dr. H. Zulkifli, S.Ag., M.Pd., dalam sambutannya menegaskan bahwa seluruh madrasah di bawah naungan Kemenag Bireuen diarahkan untuk menjadi madrasah inklusi. Ia menyebut bahwa hampir semua madrasah di wilayah tersebut telah memiliki siswa ABK, sehingga layanan yang responsif terhadap kebutuhan mereka menjadi keniscayaan.
“Tidak boleh ada anak yang tercecer dari sistem pendidikan. Tugas kita memastikan setiap anak mendapatkan pendidikan yang bermartabat, bukan karena belas kasih, tapi karena hak mereka sebagai warga negara dan ciptaan Tuhan,” ujarnya.
Forum Pendidik Madrasah Inklusi akan dikomandoi oleh Iskandar, M.Si, Kepala MTsN 5 Bireuen, yang terpilih sebagai ketua periode 2025–2029. Dalam sambutannya, Iskandar menyebut bahwa amanah tersebut adalah tantangan besar sekaligus kehormatan.
“Kami tidak hanya berbicara fasilitas, tetapi juga soal hati dan kepedulian. Pendidikan inklusif membutuhkan empati, pelatihan, dan kolaborasi lintas sektor. Kami siap mendorong madrasah menjadi rumah belajar yang terbuka bagi semua,” katanya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, FPMI Kabupaten Bireuen telah merumuskan sejumlah langkah strategis:
Peningkatan Kapasitas Guru, melalui pelatihan intensif terkait pendekatan pembelajaran bagi ABK.
Penyediaan Sarana dan Prasarana Ramah Inklusi, agar madrasah memiliki fasilitas yang aksesibel bagi semua peserta didik.
Kampanye Kesadaran Masyarakat, guna membangun pemahaman dan dukungan publik terhadap pentingnya pendidikan inklusif.
Kolaborasi Lintas Sektor, dengan menggandeng Dinas Pendidikan, organisasi penyandang disabilitas, serta lembaga non pemerintah lainnya.
Mengakhiri acara, Dr. Zulkifli kembali menekankan bahwa gerakan pendidikan inklusif tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai keislaman yang menjunjung tinggi kasih sayang dan keadilan.
“Ini bukan sekadar program, tapi gerakan moral. Madrasah inklusi adalah manifestasi dari Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin—rahmat bagi semesta. Kita harus hadir untuk semua, terutama bagi yang selama ini terpinggirkan,” tandasnya.
Pengukuhan ini turut dihadiri oleh pejabat struktural Kemenag Bireuen, kepala seksi, kepala madrasah, para guru, serta perwakilan organisasi pendidikan dan pemerhati anak berkebutuhan khusus.
Dengan kepengurusan baru dan komitmen kolektif, Forum Pendidik Madrasah Inklusi Kabupaten Bireuen siap menjadi pelopor perubahan dalam sistem pendidikan keagamaan.