Deli Serdang I Tribuneindonesia.com
Sudah empat bulan laporan polisi terkait penganiayaan brutal dan penjarahan warung “Lapo Sihotang” milik Antonius Sihotang (70) mandek di Satreskrim Polresta Deli Serdang. Ironisnya, para pelaku yang berjumlah puluhan masih bebas berkeliaran, seolah kebal hukum.
Dugaan kuat mengarah pada keterlibatan oknum “Siboto Surat” – sebutan untuk seseorang yang diduga paham hukum dan ahli surat-menyurat – yang membekingi para preman agar lepas dari jerat hukum. Hal ini diungkapkan oleh Sidarto dan Dedek, anak korban, yang kecewa karena dua laporan mereka bernomor LP/B/149/II/2025 dan STTLP/B/148/II/2025 tak kunjung ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian.
“Kami merasa laporan kami sengaja disandera. Para pelaku seakan dilindungi. Kami hanya rakyat biasa, tak punya beking. Polisi saja seperti tak berdaya menghadapi oknum ‘Siboto Surat’,” ujar Dedek lirih.
Akibat kekerasan yang dialaminya, Antonius kini lumpuh dan hanya bisa duduk di kursi roda.
“Kami sudah habis-habisan. Bapak makin sakit, untuk beli obat pun kami kebingungan,” ucap Sidarto penuh haru.
Tragisnya, keluarga korban tak paham prosedur hukum dan hanya bisa pasrah menanti tindakan aparat. Rasa takut terus menghantui mereka, khawatir kejadian sadis itu terulang.
Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Deli Serdang Kompol Risqi Akbar SIk sempat berjanji menindaklanjuti laporan korban, namun hingga kini tak ada kejelasan nyata di lapangan.
Jika aparat tak segera bertindak, ketidakpercayaan publik terhadap penegakan hukum di Deli Serdang bisa kian memburuk. Lantas, sampai kapan korban harus menunggu keadilan, sementara preman dan pelindungnya terus berpesta di atas penderitaan orang kecil.
Ilham Tribuneindonesia.com