Aceh Timur | TribuneIndonesia.com
Pepatah lama mengatakan, “jangan menilai buku dari sampulnya.” Ungkapan ini kembali terasa relevan lewat perumpamaan sederhana: “Hati-hati, gula dan garam terlihat sama, tapi rasanya sangat berbeda.”
Sekilas, gula dan garam tampak serupa. Keduanya berbentuk kristal putih dan mudah larut dalam air. Namun di balik kesamaannya, keduanya memiliki sifat yang sangat kontras. Gula, dengan rumus kimia sukrosa , memberikan rasa manis yang menyenangkan. Sementara garam, senyawa ionik natrium klorida , memberi rasa asin yang tajam.
Perbedaan inilah yang menjadi pengingat agar kita berhati-hati dalam menilai sesuatu dari luarnya. Dalam kehidupan sosial, banyak hal tampak indah di permukaan, namun menyimpan makna atau niat yang berbeda di dalamnya.
Seseorang bisa tampak ramah, murah senyum, dan penuh perhatian, namun belum tentu hatinya tulus. Ada kalanya keramahan digunakan untuk menutupi kepentingan pribadi, bahkan untuk memanfaatkan kepercayaan orang lain. Begitu pula dalam dunia bisnis, banyak usaha yang tampak menjanjikan di awal, tetapi hanya sedikit yang benar-benar jujur, berintegritas, dan memberikan manfaat bagi pelanggan.
Pelajaran moral dari perumpamaan ini sederhana tapi mendalam jangan terburu-buru menilai, apalagi mempercayai sesuatu hanya karena terlihat menarik atau menyenangkan di permukaan.
Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh citra seperti sekarang, kebijaksanaan dalam menilai menjadi modal penting. Seperti halnya membedakan gula dan garam, dibutuhkan ketelitian dan pengalaman agar tidak salah “mencicipi.”
Karena terkadang, sesuatu yang tampak manis di depan, justru meninggalkan rasa asin di belakang.
Reporter Tribun Saipul Ismail SF
















