TribuneIndonesia.com
Di antara deretan batang-batang sawit muda yang baru diremajakan, tampak hijaunya tanaman padi gogo mulai tumbuh subur. Tak banyak yang menyangka, lahan-lahan yang dulu hanya menunggu sawit tumbuh kini bisa ikut menyumbang bulir-bulir padi yang siap panen. Inilah wajah baru pertanian Indonesia yang sedang tumbuh di bawah rindangnya program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Padi gogo, jenis padi yang dikenal tangguh di lahan kering, kini menjadi bagian dari strategi tumpang sari di kebun sawit rakyat. Pemerintah melihat peluang besar dari masa jeda pertumbuhan sawit untuk dimanfaatkan sebagai areal tanam pangan. Dan pilihan itu jatuh pada padi gogo, yang tak membutuhkan irigasi teknis, namun tetap menghasilkan.
“Biasanya kami hanya menunggu dua sampai tiga tahun sampai sawit mulai berbuah. Sekarang lahan ini bisa ditanami padi gogo, hasilnya bisa untuk konsumsi sendiri atau dijual,” ujar Sariman, seorang petani dari Aceh yang kebunnya menjadi bagian dari pilot project.
Langkah ini bukan sekadar meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga memberi harapan baru bagi ketahanan pangan nasional. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, sejak awal menjadikan swasembada pangan sebagai agenda utama pemerintahannya. Ia menyuarakan tekad agar Indonesia tidak lagi tergantung pada impor, tetapi mampu berdiri di atas kaki sendiri sebagai bangsa yang cukup pangan.
Program tumpang sari padi gogo di PSR adalah salah satu jawaban atas tantangan itu. Pemerintah kini tengah mendorong perluasan model ini ke berbagai daerah. Tidak hanya karena nilai ekonominya, tetapi juga karena dampak ekologisnya. Pola tanam yang bervariasi terbukti mampu memperbaiki struktur tanah, menekan hama, serta menjaga keseimbangan ekosistem pertanian.
“Ini model pertanian yang menyatukan antara ketahanan ekonomi dan ketahanan lingkungan,” kata seorang penyuluh pertanian dari Aceh.
Dengan sinergi antara petani, pemerintah, dan pelaku usaha, padi gogo sebagai tanaman tumpang sari bukan lagi sekadar eksperimen. Ia menjelma sebagai simbol transformasi, dari kebun sawit rakyat menjadi lumbung pangan negeri.
Karena di balik sebatang sawit yang masih muda, tersimpan harapan besar akan kemandirian bangsa.
Penulis : Capung (mantan penyiar salah satu radio swasta dan sekarang berprofesi sebagai jurnalis)