Medan | TribuneIndonesia.com
Para santri dinilai menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terpapar paham radikalisme dan intoleransi. Hal ini disampaikan Ustaz Rony Syamsuri Lubis, mantan narapidana kasus terorisme, saat memberikan penyuluhan kebangsaan di hadapan ratusan santri Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sabtu (5/7/2025).
Dalam pemaparannya yang bertajuk “Mengimplementasikan Nilai-Nilai Pancasila Guna Mencegah Penyebaran Paham Radikal dan Intoleransi”, Ustaz Rony menekankan pentingnya membangun kesadaran ideologis sejak dini, khususnya bagi generasi muda yang sedang mencari jati diri.
“Santri adalah generasi yang masih polos, sedang dalam proses pencarian panutan dan ideologi hidup. Sayangnya, di titik inilah para penyebar paham radikal kerap masuk, menawarkan narasi-narasi menyesatkan yang dibungkus dengan semangat kepahlawanan,” ungkap Ustaz Rony.
Acara ini turut dihadiri Ustaz Rudiansyah yang mewakili pimpinan pondok pesantren, serta disambut antusias oleh para santri yang hadir.
Pancasila Benteng Ideologis Penangkal Radikalisme
Sebagai Ketua X-TERNAL (Ex-Terrorist Intern Alliance) wilayah Sumatera Utara, Ustaz Rony menegaskan bahwa Pancasila adalah fondasi paling kokoh untuk membentengi bangsa dari ancaman ideologi yang memecah belah.
“Pancasila mengandung nilai spiritualitas dan toleransi (sila pertama), nilai kemanusiaan dan anti kekerasan (sila kedua), nasionalisme inklusif (sila ketiga), semangat demokrasi dan musyawarah (sila keempat), hingga keadilan sosial (sila kelima). Ini semua adalah senjata utama dalam melawan radikalisme,” jelasnya.
Ketimpangan Sosial Jadi Celah Masuk Radikalisme
Lebih lanjut, Ustaz Rony mengungkapkan bahwa ketimpangan sosial, eksklusivisme dalam beragama, minimnya pendidikan kebangsaan, serta kekecewaan terhadap pemerintah kerap dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menyusupkan ideologi mereka.
“Narasi ketidakadilan adalah bahan bakar utama radikalisme. Mereka memainkan emosi, memprovokasi kemarahan, lalu menyuntikkan ideologi kekerasan sebagai solusi palsu,” ujarnya.
Radikalisme Bagian dari Proxy War Melemahkan Indonesia
Mengenang masa lalunya sebagai pelaku aksi teror, Ustaz Rony mengakui bahwa tindakannya dahulu adalah bagian dari skenario besar yang bertujuan untuk menghancurkan stabilitas Indonesia dari dalam.
“Kekayaan Indonesia jadi incaran banyak pihak. Tapi mereka tidak perlu mengirim pasukan, cukup menyebarkan ideologi yang memecah belah. Itulah proxy war. Saya adalah korban dari perang itu, dan sekarang saya ingin menyelamatkan generasi muda agar tidak ikut terjerumus,” tegasnya.
Ajak Santri Jadi Garda Terdepan Perdamaian
Mengakhiri penyuluhannya, Ustaz Rony mengajak seluruh santri dan generasi muda Kota Medan untuk menjadi agen perubahan dan penjaga perdamaian, bukan malah menjadi alat penghancur bangsa.
“Medan butuh generasi muda yang kuat secara spiritual dan ideologis. Jadilah penjaga Indonesia. Jangan biarkan siapa pun merusak tanah air kita dari dalam,” tandasnya.
Ilham TribuneIndonesia.com

















