Deli Serdang | TribuneIndonesia.com-
Di bawah langit Lubuk Pakam yang hangat, langkah Bupati Deli Serdang dr H Asri Ludin Tambunan menyapa denyut kehidupan para pejuang kuliner. Jumat sore, di Baba Kuphie Kecamatan Lubuk Pakam, ia duduk bersama para pengusaha dan pedagang kaki lima, menautkan dialog serta harapan dalam satu simpul kebersamaan.
Dengan suara penuh keyakinan, Bupati menuturkan perjalanan dua bulan terakhir yang dipenuhi kerja keras bersama Forkopimcam dan Sat Lantas untuk menata ruas Jalan Sutomo dan Jalan Diponegoro. Baginya, penataan ini bukan sekadar urusan lalu lintas, melainkan upaya mengangkat derajat Jalan Diponegoro menjadi mercusuar kuliner di bumi Deli Serdang.
“Sebenarnya Jalan Diponegoro sudah baik, hanya saja bagaimana kita bisa menaikkan kelasnya agar menjadi lebih gemilang. Di banyak kota besar, pusat kuliner menjadi magnet. Saya ingin Jalan Diponegoro menjadi barometer kuliner Kabupaten Deli Serdang,” ucapnya, seolah menabur visi yang harum di udara.
Dalam kesempatan itu, Bupati juga menyerahkan secara simbolis Nomor Induk Berusaha (NIB) kepada para pedagang yang telah terdata. Ia menegaskan, pemerintah hadir bukan sekadar menata, tetapi juga memastikan pedagang terbebas dari pungutan liar yang selama ini membebani mereka.
“Dari tujuh puluh tenda yang sudah didata, semuanya akan ditata rapi. Tidak boleh lagi ada pungutan liar, semua akan transparan,” tegasnya.
Ia menambahkan, kunci keberhasilan penataan ini adalah kebersamaan. Para pelaku usaha harus bersatu menjaga tatanan agar Jalan Diponegoro benar-benar menjelma sebagai pusat kuliner yang membanggakan Kabupaten Deli Serdang.
Pertemuan ini menjadi rangkaian kedua setelah sebelumnya digelar di kantor camat. Hadir pula jajaran Forkopimcam, Sat Lantas Polresta Deli Serdang, Dinas Perhubungan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah.
Dalam suasana dialog yang hangat, suara para pejuang kuliner mengalir menyampaikan aspirasi. Bimo Tri, pemilik usaha piscok, menekankan pentingnya kepastian hukum. Ia ingin pedagang memiliki landasan legal yang jelas, agar tidak lagi menjadi sasaran pungutan liar.
“Kami mendukung penuh program penataan ini, tapi kami ingin legal standing yang jelas. Jangan ada lagi pihak yang mengatasnamakan pejabat atau instansi untuk menarik pungutan dari pedagang,” tegasnya.
Sam, pemilik usaha Uncle Sam, menilai ide menjadikan Jalan Diponegoro sebagai barometer kuliner adalah gagasan indah. Namun menurutnya, keindahan itu harus ditopang dengan penataan pendukung. “Kami semua setuju kalau jalan ini dijadikan ikon kuliner. Tapi harus ada kantong parkir, harus rapi. Kalau sudah bagus, kami pun siap menjaganya,” ujarnya penuh optimisme.
Sementara itu, Ian, pemilik usaha ricebowl, mengungkapkan keresahannya terhadap kebijakan jalur satu arah. Menurutnya, kebijakan tersebut berdampak pada penjualan, terutama bagi mahasiswa dan pekerja yang sering mencari makan di malam hari. “Kami minta pemerintah mengevaluasi kebijakan ini dan menyesuaikan waktu pemberlakuannya,” keluhnya.
Ardi, pengusaha Bebek Goreng Mak Minah, menyoroti rencana car free day di Jalan Diponegoro. Ia berharap pemerintah tetap memperhatikan akses bagi ojek online agar distribusi makanan tidak terhambat. Baginya, denyut kuliner tak boleh tersumbat oleh aturan yang kaku.
Tatap muka itu pun menjadi jalinan harapan, di mana pemerintah dan rakyat duduk sejajar, berbicara dari hati ke hati. Jalan Diponegoro kini menanti untuk disulap menjadi panggung kuliner yang bukan sekadar tempat makan, melainkan simbol kebersamaan, keadilan, dan semangat baru bagi Deli Serdang.
Ilham Gondrong