Medan | Tribuneindonesia.com
Di tengah gemerlap malam dan aroma strategi internasional yang pekat, Grand Ballroom Hotel JW Marriott Medan berubah menjadi panggung diplomasi penuh aura kekuasaan, Jumat malam (23/05/2025). Brigjen TNI Dr. David Hatigoran Hutagaol, Kapoksahli Pangdam I/Bukit Barisan, hadir sebagai wakil Mayjen TNI Rio Firdianto, dalam peringatan 249 tahun Kemerdekaan Amerika Serikat yang dihelat Konsulat AS. Namun di balik senyum formal dan alunan lagu kebangsaan, tercium sinyal-sinyal kepentingan global yang menyusup pelan namun pasti.
Peringatan ini bukan sekadar pesta seremonial, tapi cerminan dari kedekatan dan pergesekan kepentingan dua kekuatan besar: Indonesia dan Amerika Serikat. Di balik parade bendera dan nyanyian nasional, tersimpan pesan tentang kekuatan, dominasi, dan permainan geopolitik yang mengintai kawasan.
Saat Lagu Kebangsaan “The Star-Spangled Banner” menggema berdampingan dengan Indonesia Raya, hadirin tak hanya menyaksikan simbol persahabatan, tapi juga dinamika tekanan dan harapan yang membayangi hubungan bilateral. Konsul AS, perwakilan Kedubes, dan pejabat Sumut menyampaikan pesan-pesan damai yang terselubung makna kekuasaan.
Potongan kue persahabatan menjadi simbol manis yang menyamarkan kerasnya realitas diplomatik. Di tengah kilatan kamera dan jabat tangan, tergambar jelas: dunia tak lagi sederhana. Setiap tatapan dan senyum mengandung strategi. Setiap kehadiran adalah pernyataan sikap.
Hadir pula tokoh-tokoh penting seperti Dirpamobvit Polda Sumut, Danlanud Soewondo, Wali Nanggroe Aceh, dan para Konsul dari berbagai negara. Mereka bukan hanya tamu, tapi aktor dalam panggung global yang sedang menyusun babak baru pertahanan dan pengaruh lintas batas.
Dari Medan, malam itu, gema kekuasaan dan sinyal kekuatan terpantul jelas: diplomasi bukan hanya perihal damai, tapi juga tentang siapa yang mengendalikan masa depan.
Ilham Tribuneindinesia.com