Takengon | TribuneIndonesia.com
Suasana demokrasi tingkat kampung kembali terasa di Desa Bur Biah, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah, Jumat (22/8/2025). Pemilihan Imem Kampung yang digelar di halaman Kantor Reje Bur Biah berlangsung hangat, seru, dan penuh sportivitas tanpa sedikit pun tercium aroma kecurangan.
Proses pemilihan yang dimulai sejak pukul 09.00 hingga 11.00 WIB berjalan lancar di bawah pengawasan langsung Mukim setempat, Reje Kampung Bur Biah Alpin Dasly, Babinsa, Bhabinkamtibmas, serta pendamping desa. Usai salat Jumat, panitia melaksanakan penghitungan suara terbuka yang turut disaksikan masyarakat secara dekat.

Dari 197 kertas suara yang dicetak, hanya satu suara dinyatakan rusak. Persaingan dua calon Imem berlangsung ketat. Calon nomor urut 1, Mulawarman, berhasil meraih 95 suara. Sementara calon nomor urut 2, Julpadirgantara, unggul tipis dengan perolehan 101 suara. Dengan demikian, Julpadirgantara resmi ditetapkan sebagai pemenang pemilihan Imem Kampung Bur Biah.
Pantauan wartawan menunjukkan proses pemilihan berjalan profesional. Tidak ada indikasi manipulasi, intimidasi, ataupun kecurangan. Menariknya, meski kalah tipis, Mulawarman tetap legowo menerima hasil pemilihan. Sementara Julpadirgantara pun tidak menunjukkan sikap berlebihan meski keluar sebagai pemenang. Suasana akrab, bersahabat, dan penuh kekeluargaan tetap terjaga di tengah masyarakat.
Dalam sambutannya, Reje Kampung Bur Biah Alpin Dasly menegaskan pentingnya peran Imem Kampung sebagai panutan dalam kehidupan beragama masyarakat. Ia mengingatkan bahwa tugas seorang Imem tidak hanya memimpin ibadah, tetapi juga menjadi teladan moral dan sosial di tengah warga.
“Seorang Imem Kampung harus benar-benar memahami norma agama sebagaimana selalu ditekankan Kementerian Agama melalui Kantor Urusan Agama (KUA). Karena Imem adalah panutan dalam hal ibadah dan kehidupan beragama di kampung. Amanah ini harus dijalankan dengan sebaik-baiknya,” ujar Alpin Dasly.
Pemilihan Imem Kampung Bur Biah tahun ini menjadi contoh nyata demokrasi sehat di tingkat desa. Dengan keterlibatan aparatur kampung, aparat keamanan, dan pendamping desa, pesta demokrasi ini tidak hanya menghasilkan pemimpin agama baru, tetapi juga memperlihatkan kedewasaan masyarakat dalam berdemokrasi bahwa menang atau kalah adalah hal biasa, sementara persaudaraan dan persatuan tetap yang utama.
(Dian Aksara)

















