Deli Serdang | Tribuneindonesia.com
Sebuah kekuatan baru tengah bangkit. Ia menyusup pelan, tapi pasti—menghantui lorong-lorong desa, mengetuk pintu-pintu kelurahan, dan menyusup ke dalam nadi ekonomi rakyat. Namanya: Koperasi Merah Putih. Program nasional ini bukan sekadar kebijakan—ia adalah gerakan besar, sebuah langkah strategis yang digelorakan dari pusat kekuasaan untuk menata ulang struktur ekonomi rakyat dengan wajah gotong royong dan semangat kebersamaan… atau mungkin sesuatu yang jauh lebih dalam dari itu.
Dalam nada yang penuh semangat namun menggema seperti lonceng tengah malam, Bupati Deli Serdang, dr. H. Asri Ludin Tambunan, mengumumkan bahwa Kabupaten Deli Serdang tak hanya ikut serta—tetapi menyambut gelombang merah ini dengan tangan terbuka. Disertai Wakil Bupati Lom Lom Suwondo dan pejabat tinggi lainnya, mereka hadir dalam rapat yang lebih menyerupai ritual koordinasi kebangkitan ekonomi dari akar rumput.
“Koperasi Merah Putih bukan hanya lembaga, ia adalah roh baru ekonomi desa. Ia akan menggiring kita menuju kesejahteraan, melalui jalan yang telah ditetapkan oleh Asta Cita Pemerintah,” ucap sang Bupati, seakan mengumandangkan mantra perubahan.
Tapi ini bukan sekadar ambisi lokal. Presiden Republik Indonesia sendiri telah mencanangkan 80 RIBU KOPERASI MERAH PUTIH, sebuah angka yang memantulkan gema perintah besar. Deli Serdang? Sudah merampungkan 323 unit koperasi—seolah tak ingin tertinggal dalam arus besar yang sedang bergulir ini.
Meski masih tersisa tiga kecamatan yang tertinggal—Biru-Biru, Namorambe, dan Percut Sei Tuan—gelombang ini tak bisa dihentikan. Ia terus membesar, seperti bayang-bayang yang menjalar perlahan, menanti waktunya untuk menyelimuti semua desa. Dan pada 28 Mei 2025, seluruh Koperasi Merah Putih telah rampung 100 persen di kabupaten ini.
Tak cukup di situ. Pemerintah Pusat menyiapkan dana Rp 5 Miliar per koperasi—uang yang bisa menjadi berkah… atau beban, jika tak dikelola bijak. Dana ini ditujukan untuk membangun gudang, cold storage, klinik, dan unit simpan pinjam. Infrastruktur kekuatan ekonomi lokal—atau mungkin benteng baru ekonomi nasional?
Deputi Kementerian Koperasi, Panel Barus, turut menegaskan bahwa ini adalah kebijakan strategis nasional. Tapi lebih dari itu, inisiatif ini adalah pengingat bahwa kekuatan rakyat, ketika diarahkan, bisa menjadi kekuatan tak terhentikan.
“Koperasi ini akan memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis gotong royong,” katanya. Tapi dalam gema kalimat itu, seolah ada bisikan lain—bahwa zaman baru telah dimulai.
Kini, para kepala desa, tokoh masyarakat, dan pelaku ekonomi lokal tak bisa lagi berdiam. Koperasi Merah Putih telah mengetuk pintu mereka. Dan siapa yang tak membuka, mungkin akan tertinggal dalam sejarah.
Koperasi Merah Putih bukan sekadar organisasi. Ia adalah gerakan. Ia adalah arus. Ia adalah bayang-bayang yang kini telah nyata.
Ilham Tribuneindonesia.com