Bitung, Sulut|Tribuneindonesia.com
Dalam sebuah operasi kemanusiaan yang menembus rintangan medan terberat, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berpacu melawan waktu guna menyelamatkan nyawa dan memberikan layanan kesehatan bagi korban bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, Minggu (7/12/25).
Komitmen ini diwujudkan dengan menyebarluaskan tim medisnya ke titik-titik terdampak paling parah, di tengah infrastruktur yang rusak dan komunikasi yang terbatas.
Di garis depan,Tim Kesehatan Pusdokkes Polri yang bergabung dengan Biddokkes Polda Jambi dan RS Bhayangkara Jambi berhasil menembus Aceh Tamiang pada Sabtu (6/12) sore.
Mereka tiba di Pos Bencana depan Mako Polres setempat pukul 17.00 WIB, setelah menempuh perjalanan penuh hambatan akibat jalan terputus dan wilayah blank spot.
Sementara itu, kedatangan tim tersebut langsung menjadi penguat vital bagi sistem kesehatan lokal yang sempat lumpuh diterjang banjir.
Mereka segera menjalankan tugas, menangani korban luka, dan mengantisipasi potensi wabah penyakit pasca-bencana seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), serta infeksi kulit yang mulai mengintai di pos-pos pengungsian.
Kontingen medis dari Jambi itu hanyalah salah satu dari beberapa tim yang disebar Pusdokkes Polri secara serentak.
Strategi penyebaran lintas provinsi ini dirancang untuk membangun jaringan respons cepat, memastikan bantuan tenaga kesehatan dapat segera memperkuat daerah yang beban penanganannya meningkat drastis.
Diketahui, data per Sabtu kemarin menggambarkan betapa masifnya kebutuhan akan layanan medis.
Secara kumulatif, bakti kesehatan Polri telah menjangkau 12.242 warga di ketiga provinsi. Pasien datang dengan beragam keluhan, mulai dari hipertensi, gangguan lambung, influenza, hingga luka-luka fisik pasca-evakuasi.
Aceh mencatatkan kondisi paling memprihatinkan dengan korban jiwa tertinggi, mencapai 356 orang. Sementara itu, Sumatera Barat justru menanggung beban rawat terberat, di mana posko layanan kesehatan Polri telah menangani 7.153 pasien, angka tertinggi di semua wilayah terdampak.
Operasi kemanusiaan ini tidak hanya mengandalkan tenaga medis. Polri juga mengerahkan 34 personel Disaster Victim Identification (DVI) untuk proses identifikasi korban meninggal, 12 psikolog untuk trauma healing, serta memobilisasi sedikitnya 86 unit ambulans yang disiagakan di ketiga provinsi.
Hingga pukul 16.30 WIB, upaya tersebut telah membuahkan hasil konkret. Sebanyak 26 jenazah berhasil teridentifikasi (25 di Aceh, 1 di Sumbar) dan 593 pengungsi mendapat penanganan medis.
Secara keseluruhan, 1.243 personel Polri dikerahkan dalam operasi multifase ini, melayani 848.076 pengungsi.
Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko, menegaskan bahwa perjalanan tim kesehatan ini adalah tentang memastikan pertolongan tiba tepat waktu.
“Setiap menit sangat berarti bagi penyelamatan warga. Polri hadir memperkuat layanan kesehatan dan bahu-membahu bersama relawan serta pemerintah daerah,”
Tegasnya.
Lebih dari sekadar menembus jalur yang rusak, Polri menunjukkan transformasinya dalam operasi kemanusiaan.
Dengan semangat “berpacu dengan waktu”, institusi ini berkomitmen menghadirkan pertolongan hingga ke titik terdampak terakhir, melampaui segala keterbatasan medan untuk mengemban tugas kemanusiaan. (Kiti)

















