Bitung, Sulut|Tribuneindonesia.com
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bitung, H. Narto Pakaya, M.Pd., secara resmi menyuarakan protes keras terhadap sebuah tayangan di Trans7. Rabu (15/10/25)
Tayangan tersebut dinilai telah mencederai martabat Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, dengan konten yang tidak mendidik dan provokatif.
Diketahui, beredarnya potongan video dari tayangan itu memicu gelombang kekecewaan dari kalangan Nahdliyin.
Lebih lanjut, Pakaya menegaskan bahwa muatan dalam tayangan itu tidak sekadar memicu kesalahpahaman di tingkat publik.
Menurutnya, konten semacam itu merupakan bentuk pelemahan terhadap nama baik lembaga keagamaan yang memiliki rekam jejak panjang dalam membangun fondasi moral dan spiritual bangsa.
Dampaknya dinilai sangat merugikan dan merusak kepercayaan masyarakat.
Dalam pernyataannya yang dirilis pada Selasa (14/10), Pakaya dengan tegas menyatakan,
“Kami mengecam keras tindakan Trans7 yang telah menayangkan narasi tidak pantas terhadap Kiai dan Pesantren Lirboyo.”
Ia menambahkan bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk pelecehan terhadap simbol keilmuan, moral, dan tradisi keagamaan yang dijunjung tinggi oleh Nahdlatul Ulama dan masyarakat pesantren secara luas.
Selain itu, Pakaya juga mengingatkan peran strategis media massa yang seharusnya mengedepankan etika pemberitaan.
Alih-alih membangun narasi yang edukatif, tayangan yang digugat justru dinilai menciptakan kegaduhan dan berpotensi memecah belah.
Kekhawatirannya adalah dampak sosial yang lebih luas, mengingat pesantren menempati posisi sentral dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban, PCNU Kota Bitung mendesak pihak manajemen Trans7 untuk segera melakukan introspeksi mendalam.
Tuntutan konkret diajukan agar stasiun televisi tersebut meminta maaf secara terbuka kepada seluruh komunitas pesantren, dengan sasaran utama adalah para kiai, santri, dan seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo yang merasa direndahkan martabatnya. (Kiti)















