Oleh: Chaidir Toweren
Sekretaris DPD AKSIRA Aceh
TribuneIndonesia.com
Sejarah panjang organisasi kemasyarakatan Aksi Kesetiakawanan Sosial Indonesia Raya (AKSIRA) tidak bisa dilepaskan dari peran strategisnya dalam mengawal arah perjuangan politik Prabowo Subianto dan Partai Gerindra. AKSIRA bukan sekadar ormas, melainkan sebuah gerakan sosial yang lahir dari semangat pengabdian, nasionalisme, dan ketulusan dalam mendukung kepemimpinan nasional yang kuat dan berintegritas.
Pada Pemilu 2019, komitmen itu dibuktikan secara formal melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara AKSIRA dan Partai Gerindra yang langsung ditandatangani oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Kesepakatan tersebut menjadikan AKSIRA satu-satunya ormas yang secara resmi berafiliasi dengan partai politik besar, sebuah kehormatan sekaligus tanggung jawab yang kami emban dengan penuh kesungguhan.
Namun, situasi sedikit berbeda pada Pemilu 2024. Meskipun tidak ada lagi MoU seperti lima tahun sebelumnya, semangat dan loyalitas sebagian besar pengurus dan mantan pengurus AKSIRA tetap tidak berubah. Kami tetap berdiri tegak lurus bersama Prabowo Subianto, bahkan tanpa embel-embel formalitas. Komitmen itu bukan hanya simbolik, tetapi terwujud dalam aksi nyata di lapangan, mendukung pemenangan Prabowo-Gibran hingga akhirnya pasangan ini resmi terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia untuk periode 2024–2029.
Kini, pasca kemenangan tersebut, muncul pertanyaan yang menggema di berbagai lini kepengurusan AKSIRA di daerah, termasuk kami di Aceh: ke mana arah mata angin AKSIRA setelah Prabowo menjadi Presiden? Masihkah kami dianggap sebagai bagian dari keluarga besar Gerindra? Atau apakah keberadaan AKSIRA hanya relevan saat musim pemilu tiba?
Pertanyaan ini muncul bukan karena ambisi atau haus kekuasaan, tetapi karena adanya kebutuhan akan kejelasan dan kepastian arah gerakan. Kami bukan relawan instan yang muncul hanya untuk kepentingan sesaat. AKSIRA adalah ormas yang telah lama berakar di tengah masyarakat, bergerak dengan program-program sosial, pemberdayaan masyarakat, serta kegiatan kesetiakawanan yang menyentuh langsung kehidupan rakyat kecil. Kader-kader kami bukan pelengkap dalam demokrasi, melainkan aktor-aktor lapangan yang bekerja sunyi untuk memperkuat basis sosial dan memperluas simpul dukungan terhadap nilai-nilai perjuangan Gerindra dan Prabowo Subianto.
Fenomena munculnya ratusan kelompok relawan setiap pemilu sudah menjadi hal biasa. Mereka hadir dengan semangat luar biasa, namun tidak sedikit yang menghilang setelah pesta demokrasi usai. Dalam konteks inilah, AKSIRA justru tetap hadir, tetap setia, dan tetap konsisten, baik saat senang maupun dalam situasi sulit. Tapi dalam dunia politik yang dinamis, kesetiaan tanpa kejelasan bisa menjadi sumber kegamangan.
Kami percaya, bahwa dalam visi besar Prabowo Subianto untuk Indonesia Maju, ada ruang bagi kekuatan-kekuatan rakyat yang telah terbukti setia dan bekerja nyata. AKSIRA adalah bagian dari kekuatan itu. Maka wajar jika kini para kader di daerah bertanya-tanya, apakah ada pengakuan terhadap kerja-kerja panjang kami selama ini? Apakah kami tetap menjadi bagian dari barisan perjuangan, ataukah hanya dikenang saat suara dibutuhkan?
Bagi kami di daerah, yang bertahun-tahun berjuang tanpa insentif, tanpa gaji, dan seringkali dengan biaya sendiri, pengakuan bukan soal jabatan atau kekuasaan. Pengakuan adalah bentuk penghormatan atas dedikasi dan loyalitas. Sebuah sinyal politik dari DPP Gerindra atau langsung dari Presiden terpilih, Prabowo Subianto, akan menjadi angin segar bagi kader-kader AKSIRA di seluruh Indonesia. Ini bukan tentang kepentingan jangka pendek, tetapi tentang memperkuat kepercayaan, menyolidkan barisan, dan memastikan bahwa perjuangan kami selama ini tidak sia-sia.
Kami ingin terus menjadi bagian dari narasi besar perubahan bangsa. Kami ingin tetap berada dalam orbit perjuangan bersama Gerindra. Tapi tentu saja, semua itu memerlukan jembatan komunikasi yang kuat dan kejelasan arah dari pusat ke daerah.
Sebagai Sekretaris DPD AKSIRA Aceh, saya menyampaikan suara hati para kader dari ujung barat Indonesia: jangan biarkan kami hanya dianggap penting saat pemilu. AKSIRA lahir bukan hanya untuk lima tahunan, tetapi untuk mendampingi perjuangan panjang membangun bangsa yang adil, makmur, dan berdaulat.
Kami tetap siap bergerak, kami tetap siap berjuang. Tapi kami juga ingin tahu, apakah perjuangan ini masih dalam satu barisan atau sudah menjadi kenangan?














