Aceh Tamiang | TribuneIndonesia.com
Kekecewaan mendalam dirasakan keluarga besar Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kabupaten Aceh Tamiang. Pasalnya, hingga kini belum terlihat adanya perhatian maupun dukungan moril dan mental dari partai terhadap pengikut, gerbong, serta warga masyarakat yang terdampak bencana banjir di wilayah tersebut.
Banjir yang melanda Aceh Tamiang beberapa waktu lalu tidak hanya merusak rumah dan harta benda, tetapi juga meninggalkan dampak berkepanjangan bagi kehidupan sosial, ekonomi, dan kesehatan warga. Keluarga besar PSI Aceh Tamiang yang ikut menjadi korban saat ini masih berjibaku memulihkan tempat tinggal dan sumber penghidupan mereka.
“Setelah banjir surut, persoalan belum selesai. Warga mengalami krisis kesehatan seperti demam, batuk, dan diare akibat perubahan cuaca dan lingkungan yang tidak sehat,” ungkap salah seorang pendukung PSI di Aceh Tamiang.
Selain persoalan kesehatan, dampak psikologis juga menjadi beban berat yang dirasakan para korban. Guncangan mental dialami oleh banyak keluarga akibat rumah dan barang-barang yang hanyut serta rusak diterjang banjir. Kondisi ekonomi pun belum stabil, terutama bagi warga yang menggantungkan hidup dari pekerjaan serabutan. Anak-anak dan keluarga turut mengalami trauma yang tidak ringan.
Dalam situasi sulit tersebut, gerbong PSI di Aceh Tamiang berharap adanya perhatian nyata dari pimpinan pusat partai. Mereka menaruh harapan besar kepada Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep, yang selama ini dikenal aktif membesarkan partai, agar juga menunjukkan kepedulian terhadap para pendukungnya di saat sedang tertimpa musibah.
“Kami berharap ada perhatian, dukungan moril, dan jika memungkinkan bantuan yang jelas dan transparan. Jika memang ada bantuan, kami ingin tahu ke mana disalurkan dan apakah benar-benar sampai kepada korban sesuai data yang ada,” ujar perwakilan gerbong PSI.
Mereka juga menyinggung kekhawatiran soal penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran. Jangan sampai, menurut mereka, bantuan hanya tersimpan di “lumbung-lumbung dengan kamar-kamar terselubung”, sementara korban di lapangan tetap berjuang sendiri menghadapi dampak bencana.
Kekecewaan ini dinilai bukan sekadar soal bantuan materi, tetapi juga menyangkut komitmen dan keseriusan partai dalam menyokong pengikut, pendukung, bahkan kadernya sendiri. Terlebih, dukungan moral di masa sulit dianggap penting untuk menjaga semangat dan loyalitas dalam perjuangan politik jangka panjang hingga 2029.
“Sebenarnya, ini adalah momentum yang sangat baik bagi PSI. Saat masyarakat dan pendukungnya tertimpa musibah, kehadiran partai akan menjadi bukti nyata solidaritas. Jika PSI ingin besar, maju, dan mendapat dukungan luas ke depan, inilah saatnya menunjukkan kepedulian,” tutup salah seorang pendukung PSI di Aceh Tamiang.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pengurus pusat PSI terkait keluhan dan harapan gerbong serta pendukungnya di Aceh Tamiang. (Zs)

















