Indonesia di Persimpangan Krisis: Ketika Rakyat Menanggung Beban, Elit Sibuk dengan Pencitraan

- Editor

Rabu, 1 Oktober 2025 - 14:24

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

oplus_0

oplus_0

 

TribuneIndonesia.com-Dalam beberapa waktu terakhir, kondisi perekonomian Indonesia kian menunjukkan gejala yang tidak baik-baik saja. Kenaikan harga kebutuhan pokok yang begitu vital telah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat, terutama mereka yang berada di lapisan bawah. Lonjakan harga sembako, biaya pendidikan, hingga kebutuhan sehari-hari yang tak terelakkan, membuat banyak keluarga kecil kian tercekik dalam pusaran beban hidup.

Lebih parah lagi, kenaikan harga tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan gaji pekerja. Upah buruh tetap stagnan, sementara biaya hidup terus menanjak. Situasi ini menciptakan kesenjangan yang kian melebar, membuat masyarakat semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Bayangan keresahan pun merasuk dalam benak rakyat kecil yang setiap hari dipaksa memikirkan cara bertahan hidup di tengah krisis.

Di sisi lain, lapangan pekerjaan yang tersedia masih sangat terbatas. Angka pengangguran kian membengkak, seakan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja. Dengan minimnya kesempatan kerja, banyak anak bangsa terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit diputus. Akibatnya, tindak kriminal pun meningkat. Dalam dekade terakhir, angka kejahatan semakin merajalela, sebuah konsekuensi pahit dari sistem ekonomi yang gagal menjawab kebutuhan masyarakat.

Ironisnya, ketika rakyat berjuang mati-matian menghadapi tekanan hidup, para elite politik justru sibuk dengan panggung pencitraan. Mereka yang duduk di kursi parlemen kerap mengatasnamakan “demi rakyat” dan “untuk rakyat”, namun tindakannya jauh panggang dari api. Janji-janji manis yang dilontarkan hanya menjadi kosmetik politik untuk mempertahankan kekuasaan, sementara kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya: rakyat dibiarkan berjuang sendiri menghadapi kesulitan hidup yang kian menggila.

Baca Juga:  Ketika Hati, Pikiran, dan Perbuatan Tak Sejalan (Refleksi Untuk Wakil Rakyat)

Potret para “badut berdasi” ini kian menohok ketika mereka lebih sibuk memperdebatkan kepentingan politik pribadi daripada memperjuangkan kebijakan yang benar-benar berpihak pada rakyat. Panggung parlemen seolah menjadi arena sandiwara besar, tempat mereka memainkan peran demi citra, tanpa memikirkan substansi. Mereka lupa bahwa di luar gedung megah itu, ada jutaan rakyat yang perutnya lapar, ada anak-anak yang terpaksa putus sekolah karena biaya yang tak terjangkau, dan ada keluarga-keluarga kecil yang terjerat hutang demi sekadar bertahan hidup.

Krisis ini adalah alarm keras bagi bangsa. Sebuah peringatan bahwa jika pemerintah tidak segera mengambil langkah nyata, jurang kesenjangan sosial akan semakin dalam, kriminalitas kian merajalela, dan kepercayaan rakyat pada pemimpin akan lenyap sama sekali.

Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Rakyat menjerit dalam diam, sementara penguasa tertawa dalam kepalsuan. Pertanyaannya: sampai kapan rakyat harus menjadi korban dari kebijakan yang tak berpihak dan kepemimpinan yang sibuk dengan pencitraan semata?

Ilham Gondrong

Berita Terkait

FEIBC Merayakan Kehangatan Keluarga dan Semangat Bangsa dalam Gathering Oktober 2025: Feiby Josefina Pimpin Semangat ‘Fun, Elegant, Inspiring’
Menanti KPK Membasmi Agen Izin Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah
Asal Jadi! Revitalisasi SDN Cikayas 3 Digeruduk Sorotan — Pengawasan Lemah, Kualitas Diragukan, Kepala Sekolah Bungkam
Bagaimana Aku Takut pada Kemiskinan, Sedang Aku Hamba dari Dia yang Maha Kaya
Peran ibu bupati aceh timur di garis depan melawan stanting melalui Edukasi Perilaku Higienis dan racun lingkungan
Jebakan Komunitas “Iming-Iming Impian”: Cuci Otak Berkedok Peluang, Janjikan Mobil hingga Rumah Miliaran
“Jaksa Tidur, Koruptor Tertawa: Publik Desak Jaksa Agung Bongkar Kebekuan Hukum di Daerah”
Ketika Disiplin Dianggap Kekerasan: Dunia Pendidikan yang Kian Retak
Berita ini 24 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 30 Oktober 2025 - 14:54

Sinergi Damai di Kota Pelabuhan, Bitung Siapkan Perayaan Lintas Agama Desember 2025

Kamis, 30 Oktober 2025 - 14:18

Siantar Darurat Narkoba: Ratusan Pengedar Ditangkap Tapi Siapa Dalang di Baliknya ?

Kamis, 30 Oktober 2025 - 09:33

Desain Siap Bangun Pemko Medan: Terobosan Inovatif atau Sekedar Prototipe di Sistem ?

Kamis, 30 Oktober 2025 - 06:06

​Perkuat Citra “Polisi Humanis”, Polres Bitung Sumbang Darah di Momen Hari Jadi Humas Polri

Kamis, 30 Oktober 2025 - 01:22

Gratis di Atas KTP tapi Mahal di Lapangan: Menelisik Ketimpangan Pelayanan Kesehatan Warga Sumut

Rabu, 29 Oktober 2025 - 23:12

Sinergi Diskominfo dan PWI Siantar Jadikan UKW Barometer Kompetensi Wartawan

Rabu, 29 Oktober 2025 - 21:45

Gang Sempit, Akses Terbatas & Satu Nyawa Melayang: Potret Resiko Permukiman Padat di Gang Sempit

Rabu, 29 Oktober 2025 - 20:02

Mimpi di Tengah Ketimpangan: Asa Atlet Putri Sumut untuk Sepak Bola Lebih Adil

Berita Terbaru

Pemerintahan dan Berita Daerah

Potensial Jadi Kabupaten Terdepan, Pembangunan Tahun 2026 Dilakukan Lebih Awal

Kamis, 30 Okt 2025 - 14:07

Pemerintahan dan Berita Daerah

Lestarikan Kebudayaan, Pemkab Deli Serdang Adakan Pagelaran Budaya & Lomba Tari

Kamis, 30 Okt 2025 - 14:02

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x