Percut I TribuneIndonesia.com-Banjir besar yang melanda wilayah Percut pada tahun 2025 tercatat sebagai salah satu yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. Intensitas dan dampaknya jauh melampaui banjir tahun sebelumnya, menimbulkan kerugian besar serta kepanikan di tengah masyarakat. Salah satu faktor utama yang memperparah kondisi tersebut adalah semakin rusaknya struktur Tanggul Percut, yang sejatinya dibangun sebagai benteng perlindungan vital bagi Desa Percut dari luapan air sungai yang bermuara langsung ke laut.
Tanggul tersebut memiliki fungsi teknis yang sangat krusial, yakni menahan arus air dan melindungi permukiman dari naiknya permukaan air sungai. Kerusakan sekecil apa pun pada struktur tanggul berpotensi meningkatkan risiko banjir secara drastis. Bahkan, tanpa keberadaan tanggul ini, Desa Percut diperkirakan akan berubah menjadi genangan air yang sangat luas, mengingat ketinggian puncak tanggul sejajar bahkan melebihi atap rumah sebagian besar warga.
Kondisi ini semakin memprihatinkan karena ditemukan adanya tindakan tidak bertanggung jawab dari oknum tertentu yang sengaja merusak atau menjebol bagian-bagian tanggul demi kepentingan pribadi. Tindakan tersebut bukan hanya melanggar etika sosial, tetapi juga secara nyata mengancam keselamatan seluruh masyarakat Desa Percut. Kerusakan pada tanggul tidak berdampak pada satu atau dua rumah, melainkan berpotensi membahayakan ribuan jiwa yang tinggal di kawasan tersebut.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Dr Hapni Laila Siregar MA, menyampaikan keprihatinannya atas kondisi tersebut. Ia menegaskan bahwa tanggul bukan sekadar bangunan fisik, melainkan simbol tanggung jawab kolektif masyarakat dalam menjaga keselamatan bersama. Menurutnya, pihak-pihak yang telah menyebabkan kerusakan tanggul memiliki tanggung jawab moral dan sosial yang besar untuk segera memperbaiki bagian yang rusak, demi mencegah bencana yang lebih besar di masa mendatang.
Ia juga mengimbau seluruh warga Desa Percut agar bersama-sama menjaga keberlangsungan tanggul sebagai pelindung utama dari ancaman banjir. Kesadaran dan kepedulian kolektif sangat dibutuhkan agar tidak ada lagi tindakan yang menggerus, menjebol, atau memperparah kerusakan tanggul. Tanpa komitmen bersama, upaya pemerintah maupun masyarakat akan menjadi sia-sia.
Ke depan, banjir besar tahun 2025 ini diharapkan menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. Perlindungan lingkungan dan infrastruktur pengendali banjir tidak dapat diserahkan hanya kepada satu pihak, melainkan harus menjadi tanggung jawab bersama. Menjaga Tanggul Percut berarti menjaga keselamatan hari ini dan menjamin keamanan kehidupan generasi yang akan datang.
Keselamatan warga bukan pilihan, melainkan sebuah keharusan yang lahir dari kepedulian dan komitmen bersama.
TribuneIndoneaia.com

















