Deli Serdang I Tribuneindonesia.com
Suasana mencekam menyelimuti Kabupaten Serdang Bedagai usai insiden berdarah yang menimpa Jaksa Fungsional Kejaksaan Negeri (Kejari) Deli Serdang, Jhon Wesli Sinaga, dan staf Tata Usaha Pidum, Acensio Silvanov Hutabarat. Peristiwa sadis yang terjadi Sabtu pagi, 24 Mei 2025, di ladang sawit milik pribadi sang jaksa di Desa Perbahingan, Kecamatan Kotarih, menyisakan luka fisik dan psikologis yang dalam.
Pembacokan brutal itu bukan hanya mengguncang institusi Kejaksaan, tapi juga menimbulkan beragam spekulasi liar di tengah masyarakat, seolah-olah peristiwa tersebut berkaitan dengan penanganan perkara oleh Kejari Deli Serdang. Namun, Kejaksaan tak tinggal diam.
Dalam klarifikasinya, Kepala Kejaksaan Negeri Deli Serdang, Mochamad Jeffry, S.H., M.Hum., membantah keras dugaan keterkaitan kasus tersebut dengan pekerjaan sang jaksa. “Ini murni persoalan pribadi pelaku, tidak ada sangkut pautnya dengan penanganan perkara,” tegasnya, Minggu (25/05/2025).
Pelaku utama, berinisial AFN, ditangkap bersama komplotannya oleh Polda Sumut sehari setelah kejadian, tepatnya Minggu malam di wilayah Kota Medan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, AFN mengaku menyerang korban karena motif pribadi yang telah lama dipendam, bukan karena dendam terhadap kasus hukum.
“Jaksa Jhon Wesli Sinaga tidak pernah menangani perkara yang melibatkan AFN. Informasi yang menyebutkan keterkaitan penanganan perkara adalah hoaks dan sangat menyesatkan,” ujar Jeffry.
Lebih lanjut, Kasi Intelijen Kejari Deli Serdang, Boy Amali, S.H., M.H., membeberkan bahwa berdasarkan Sistem Informasi Penanganan Perkara (SIPP) PN Lubuk Pakam, perkara yang melibatkan AFN tercatat sejak 2013, sebelum Jhon Wesli bertugas di wilayah itu.
Kini, kedua korban tengah dirawat intensif di RS Columbia Medan. Di tengah kabut ketakutan yang menyelimuti, Kejari Deli Serdang menyerukan kepada seluruh masyarakat dan insan pers untuk tidak menyebar informasi yang tidak terverifikasi, karena bisa memperkeruh suasana dan merugikan banyak pihak.
“Jangan jadikan darah dan luka sebagai bahan spekulasi. Kami akan terus membuka diri terhadap pengawasan publik, namun prinsip akurasi dan kredibilitas harus dijaga,” kata Boy Amali.
adegan pembacokan di ladang sawit ini menjadi pengingat bahwa ancaman bisa datang dari mana saja, bahkan tanpa terduga. Dan di balik seragam penegak hukum, ada nyawa yang rentan—terancam bukan karena hukum, tapi karena kebencian pribadi yang berujung tragedi
Ilham Tribuneindonesia.com