Aceh Lauser Antara:  Antara Titik Perjuangan Terakhir Atau Politik Latah

- Editor

Selasa, 3 Juni 2025 - 03:32

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Chaidir Toweren, SE., KJE

Aceh | TribuneIndonesia.com

Isu pemekaran Provinsi Aceh Lauser Antara (ALA) kembali bergeming. Entah ini hanya gemuruh sesaat yang timbul karena musim politik lima tahunan, atau justru inilah titik kulminasi dari perjuangan panjang wilayah tengah Aceh yang selama ini merasa kurang terwakili.

Provinsi ALA, yang mencakup wilayah tengah seperti Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Aceh Singkil adalah cerminan kegelisahan lama. Kegelisahan tentang kesenjangan pembangunan, keterbatasan akses, dan minimnya suara dalam pengambilan keputusan strategis di tingkat provinsi.

Istilah “ingin menyapih diri dari sang ibu” barangkali terdengar puitis, tetapi sesungguhnya itu adalah gambaran konkret dari kebutuhan untuk tumbuh dan mandiri. Daerah ini merasa telah cukup lama menjadi “anak tiri” dalam pembangunan. Padahal, mereka menyumbang sumber daya alam yang tak sedikit: hutan, air, energi, hingga potensi pariwisata yang luar biasa.

Namun, benarkah ini saat yang tepat? Atau kita sedang terjebak pada “latah politik” yang sering muncul ketika pergantian kekuasaan menjelang?

Kebutuhan atau Ambisi?

Perjuangan pemekaran harus berangkat dari kebutuhan objektif: pelayanan publik yang lebih dekat, birokrasi yang lebih efektif, hingga pemanfaatan potensi daerah secara optimal. Tapi jika itu sekadar ambisi elite lokal tanpa rencana matang, maka pemekaran hanya akan menambah beban administratif dan membelah solidaritas Aceh yang telah susah payah dibangun pasca-konflik.

Kita tak bisa menutup mata bahwa desentralisasi belum selalu berjalan mulus. Beberapa daerah otonom baru (DOB) di Indonesia justru menjadi beban fiskal negara, bukan solusi. Maka, perjuangan ALA harus disertai dengan desain kelembagaan, perencanaan fiskal, dan tata kelola pemerintahan yang jauh lebih baik.

Baca Juga:  Jaksa Periksa Supardi Dalam Proses Penyelidikan Dugaan Korupsi Pengadaan Smarboard Disdik Langkat

Identitas yang Belum Terjawab

Wilayah tengah Aceh punya kekayaan budaya yang khas, Gayo dan Alas, misalnya, yang selama ini merasa tenggelam dalam hegemoni budaya pesisir timur dan barat. Aspirasi ALA juga adalah perjuangan akan pengakuan identitas, bukan hanya administratif. Ini yang tidak boleh diremehkan.

Namun, identitas tidak akan cukup kuat jika tidak dibarengi dengan kapasitas. Ingin dewasa dan mandiri adalah cita-cita mulia, tetapi kemandirian juga harus dibuktikan dengan kesiapan struktural, ekonomi, dan sumber daya manusia.

Perjuangan ALA bukan persoalan suka atau tidak suka pada Aceh induk. Ini adalah refleksi dari kebutuhan akan perbaikan. Jika aspirasi ini dimaknai sebagai pecut untuk Aceh agar lebih inklusif dan adil, maka baiklah ia hadir. Tapi jika ia sekadar pelarian dari kegagalan elite daerah menjalin kolaborasi dan dialog konstruktif, maka ALA akan kembali jadi wacana musiman yang mati sebelum tumbuh.

Sekaranglah saatnya: bukan sekadar bersuara lebih keras, tetapi membangun argumen yang lebih cerdas, agar apa yang selama ini telah dicita-citakan bisa terkabul dengan baik dengan tidak mengorbankan rakyat demi sebuah kepentingan dan ambisi. Tetapi murni untuk kemandirian dan kemajuan daerah yang dimekarkan nantinya.

Penulis : pemerhati sosial dan jurnalis

Berita Terkait

Massa HMI Kepung DPRD Medan, Wong Chun Sen Absen, Tiga Wakil Ketua Turun Meredam
“Cinta dan Lahan Kaki Lima Duel Epik di Pelataran Cafe Agam”
RSU Mitra Guray Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Kotarih, Warga Antusias
Warga Tumpah Ruah, Pasar Murah di Tumpatan Nibung Jadi Sejarah
Ketua DPRA Zulfadli Tuai Kontroversi, Usul Pemisahan Aceh dari Pusat
Prabowo Sepakat Cabut Tunjangan Jumbo DPR, Gelombang Demo Tak Terbendung
Sinergi Jurnalis, TNI, dan Pemerintah Desa Sukses Gelar Pasar Murah di Sugiharjo
Tiga Kandidat Berebut Kursi Keuchik Pulo Ara Geudong Teungoh, Generasi Muda Jadi Harapan Baru
Berita ini 120 kali dibaca
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Rabu, 3 September 2025 - 16:10

Massa HMI Kepung DPRD Medan, Wong Chun Sen Absen, Tiga Wakil Ketua Turun Meredam

Rabu, 3 September 2025 - 14:22

RSU Mitra Guray Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Kotarih, Warga Antusias

Rabu, 3 September 2025 - 03:36

Ketua DPRA Zulfadli Tuai Kontroversi, Usul Pemisahan Aceh dari Pusat

Rabu, 3 September 2025 - 02:39

Prabowo Sepakat Cabut Tunjangan Jumbo DPR, Gelombang Demo Tak Terbendung

Selasa, 2 September 2025 - 13:45

Sinergi Jurnalis, TNI, dan Pemerintah Desa Sukses Gelar Pasar Murah di Sugiharjo

Selasa, 2 September 2025 - 13:43

Tiga Kandidat Berebut Kursi Keuchik Pulo Ara Geudong Teungoh, Generasi Muda Jadi Harapan Baru

Selasa, 2 September 2025 - 08:52

Yonif TP.852/ABY Hadirkan Beras Murah, Warga Sugiharjo Antusias Sambut Program

Selasa, 2 September 2025 - 08:18

Arief Martha Rahadyan, B.Sc., M.Sc.,: Selamat & Sukses atas Hari Lahir Kejaksaan Republik Indonesia ke-80

Berita Terbaru

oplus_0

Feature dan Opini

“Cinta dan Lahan Kaki Lima Duel Epik di Pelataran Cafe Agam”

Rabu, 3 Sep 2025 - 15:49

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x