TEROBOSAN FORENSIK PAJAK Dr. Joko Ismuhadi di FEB UGM: Rumus R = E + A – L Bongkar Modus Back-to-Back Loan dan Penggelapan di Sektor Retail Cash Intensive

- Editor

Jumat, 5 Desember 2025 - 13:43

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Yogyakarta | TribuneIndonesia.com

2 Desember 2025 – Isu kepatuhan pajak di industri retail cash intensive, seperti eceran makanan, obat-obatan, dan rokok yang menggunakan sistem kanvasing, kini menjadi sorotan utama Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Dalam acara PSSTalk #7 “Beyond Compliance: Innovative Tax Planning Strategies with Transfer Pricing for Multinational Corporations” di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Dr. Joko Ismuhadi, S.E., M.M., Pemeriksa Pajak Ahli Madya, menegaskan bahwa penindakan di sektor ini membutuhkan alat forensik canggih untuk mengatasi praktik penghindaran dan penggelapan.
Dr. Joko Ismuhadi menyoroti bahwa kerentanan utama di sektor cash intensive adalah manipulasi pendapatan yang disembunyikan melalui skema back-to-back loan (pinjaman timbal balik), mirip dengan apa yang terjadi dalam “Paradoks CPO“.

TAE: Akal Imitasi AI Bongkar ‘Inversion Relationship’
Dr. Joko Ismuhadi memperkenalkan Tax Accounting Equation (TAE) sebagai Jantung Matematis dari Artificial Intelligence Compliance Ecosystem (AICEco), sebuah platform yang didesain untuk mendeteksi kecurangan keuangan yang luput dari audit manual.

Inti dari metodologi ini adalah persamaan:

R = E + (A – L)

Di mana: R = Revenue (Pendapatan), E = Expenses (Beban), A = Assets (Aset), dan L = Liabilities (Kewajiban).

Menurut beliau, kekuatan TAE terletak pada kemampuannya untuk menyingkap ‘inversion relationship’ (hubungan terbalik) antara Pendapatan (R) dan Kewajiban (L).

Modus Operandi Kanvasing dan Penghindaran Pajak:
* Manipulasi Awal (Mekanisme I): Di sektor cash intensive, pendapatan penjualan riil (R) yang diterima secara tunai secara sistematis direklasifikasi dan dibukukan sebagai peningkatan artifisial pada Kewajiban (L).
* Efek: Pendapatan Kena Pajak (R) ditekan (underreported) di Laporan Laba Rugi, sementara Kewajiban (L) digelembungkan di Neraca.
* Penyelesaian Skema (Back-to-Back Loan): Dana yang disembunyikan dalam akun Kewajiban yang digelembungkan (L) di dalam negeri kemudian direkarakterisasi menjadi pinjaman antarperusahaan dari luar negeri (back-to-back loan).
* Erosi Basis Pajak: Pembayaran bunga (E) atas pinjaman (L) fiktif ini dibayarkan kepada pihak berelasi di luar negeri. Pembayaran bunga ini berfungsi sebagai beban yang dapat dikurangkan (deductible expense) yang secara permanen mengurangi laba kena pajak di Indonesia.

Baca Juga:  Putusan MK, KIP Bireuen Tetapkan Bupati dan Wabup Bireuen Terpilih

“Jika Wajib Pajak di industri cash intensive mereklasifikasi pendapatan menjadi kewajiban, ini akan membuat angka Pendapatan yang dilaporkan secara matematis tidak memadai untuk mendukung posisi Kekayaan Bersih (A-L) yang dihasilkan,” jelas Dr. Joko Ismuhadi.

Discrepancy Index (DI): Deteksi Berbasis Risiko
Dr. Joko Ismuhadi menekankan bahwa TAE memungkinkan AICEco menghasilkan Discrepancy Index (DI), sebuah metrik kuantitatif dan objektif yang mengukur besarnya ketidakseimbangan matematis.
* Sinyal Kritis: Skor DI Kritis menandakan probabilitas tinggi penghindaran pajak sistematis (seperti salah klasifikasi R ke L), menuntut Audit Pajak Forensik.
* Keunggulan: Metode ini, berbeda dengan Net Worth Method tradisional yang kurang responsif untuk MNE kompleks, memverifikasi integritas aliran transaksi itu sendiri dengan merekonsiliasi Pendapatan dan Beban (R dan E) secara langsung ke Aset dan Kewajiban (A dan L).

Melalui inovasi ini, DJP dapat mengalihkan fokus dari sekadar menantang harga transfer ke memverifikasi integritas matematis laporan keuangan, memastikan bahwa potensi pajak dari sektor cash intensive yang selama ini menjadi underground economy dapat diamankan.

Berita Terkait

Korupsi Penjualan Aluminium Rp133 Miliar, Kejati Sumut Tahan Dua Pejabat Inalum
Korban Kekerasan TNI Gugat UU Peradilan Militer ke Mahkamah Konstitusi
Bentrokan Ormas di Langkat: Sorotan Mengarah ke Dugaan Permainan Oknum TNI–Polri dalam Penanganan Kasus
Arief Martha Rahadyan Apresiasi Keberhasilan Pemerintah Selamatkan Aset Rp 23 Triliun dari Mafia Tanah
Rini Agustin Teriak Minta Keadilan, Suami Dijebloskan ke Sel Polsek Medan Tembung Tanpa Bukti, Tanpa Surat, Tanpa Saksi
Dana Hibah KONI Asahan Terkatung Katung, Penegak Hukum Saling Lempar
Kejati Sumut Sita Rp113 Miliar dalam Kasus Dugaan Korupsi Aset Citra Land
Polsek Batang Kuis Diserang Narasi Sesat? Klarifikasi Ungkap PH Sunaryo alias Kelik Tidak Profesional dan Menyesatkan Publik
Berita ini 16 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 18 Desember 2025 - 12:48

Tokoh Pendiri Bireuen H.Subarni Agani Bertahun-tahun Sedekah, Zakat, dan Harapan Rakyat

Kamis, 18 Desember 2025 - 12:38

Rayakan Libur Akhir Tahun, Quest Vibe Dewi Sri Bali Tawarkan Promo Special Dengan Pengalaman Menginap Berkesan

Kamis, 18 Desember 2025 - 09:34

​Penyegaran Struktur Organisasi, AKP Rusman Mohammad Saleh Resmi Jabat Kabag SDM Polres Bitung

Kamis, 18 Desember 2025 - 08:52

Jaksa Tahan Mantan Keuchik Desa Karieng Kecamatan Peudada, Perkara Korupsi Dana APBG

Kamis, 18 Desember 2025 - 03:56

Terduga Pelaku Pencurian Dihakimi Massa di Tembung, Polisi Lakukan Penanganan

Kamis, 18 Desember 2025 - 01:47

Seluruh Fasilitas SMAN 1 Samalanga Terendam Banjir Dan Lumpur Tebal “Bagaimanakah Nasib Peserta Didik Disekolah Ini”

Kamis, 18 Desember 2025 - 00:25

BPJS Gandeng Perguruan Tinggi Perkuat Pemodelan Aktuaria, Jaga Sustainabilitas JKN

Kamis, 18 Desember 2025 - 00:12

Utamakan Keyamamanan Paling Pertama Dilokasi Pengungsi Banjir Bandang Agara

Berita Terbaru