TRIBUNEIndonesia.com | Takengon
Masyarakat Desa Toweren Antara, Kecamatan Lut Tawar, menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Meunasah Ujung Buntul, Minggu (7/9/2025). Acara berlangsung khidmat, dihadiri ratusan warga dari berbagai dusun dengan penuh kehangatan dan kebersamaan.
Panitia menghadirkan Tengku Irwansah Putraga sebagai penceramah utama. Dalam tausiah yang disampaikan, Tengku Irwansah kembali mengisahkan sejarah kelahiran Rasulullah SAW yang penuh ujian dan tantangan, terutama dari golongan yang menolak dakwah Islam pada masa awal di tanah Arab.
“Sejak kelahirannya, Rasulullah telah melalui jalan yang tidak mudah. Kaum yang menentang risalah Islam berulang kali berusaha menghalangi dakwah. Namun ketulusan dan kesabaran Nabi membuat Islam perlahan menyebar hingga kita rasakan nikmatnya hari ini,” ujar Tengku Irwansah.
Ia menekankan bahwa perjalanan hidup Rasulullah sarat keteladanan. Sejak dalam kandungan, Nabi sudah menjadi yatim karena ayahandanya, Abdullah, wafat saat usia kandungan enam bulan. Nabi kemudian dibesarkan oleh kakeknya, Abdul Muthalib, lalu pamannya, Abu Thalib. Dalam perjuangan dakwah, beliau didukung penuh oleh istri tercinta, Khadijah, yang selalu mendampingi dalam suka dan duka.
“Keteguhan Rasulullah, kejujuran akhlaknya, serta dukungan keluarga adalah pelajaran berharga bagi kita semua. Maulid Nabi harus menjadi momentum memperkuat iman, meneladani akhlak mulia, dan mempererat ukhuwah di tengah masyarakat,” tambahnya.
Reje Kampung Toweren Antara, Rajami, menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan Maulid ini. Menurutnya, peringatan Maulid bukan sekadar seremoni, melainkan wujud nyata kebersamaan warga dalam meneladani akhlak Nabi.
“Saya sangat mengapresiasi kerja panitia dan partisipasi seluruh warga. Kebersamaan ini semakin terasa indah karena kita bisa duduk makan bersama, mengutamakan anak yatim dan para orang tua untuk lebih dahulu menikmati hidangan,” ujar Rajami.
Usai tausiah dan doa bersama, acara dilanjutkan dengan kenduri Maulid. Meunasah Ujung Buntul tampak dihias sederhana namun meriah, hidangan khas Aceh tersaji berderet, sementara anak-anak, pemuda, hingga orang tua duduk bersila dalam suasana persaudaraan.
Tradisi Maulid ini menjadi momentum untuk mempererat silaturahmi, menghidupkan nilai kebersamaan, sekaligus mengingat kembali perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan Islam di muka bumi.
(Dian Aksara/Tribune Indonesia)