Penulis: Ilham Gondrong
TribuneIndonesia.com
Pernikahan Melinda dan Baskoro awalnya bukan berlandaskan cinta, melainkan hasil perjodohan kedua orang tua. Namun, setelah ijab kabul diucapkan di hadapan penghulu, keduanya bersepakat untuk membangun cinta bersama. Sebagai pasangan yang baru menikah, mereka pun memulai kehidupan rumah tangga dengan harapan dan semangat baru.
Setelah resepsi, Melinda dan Baskoro berangkat bulan madu ke sebuah vila indah di luar kota. Tempat itu tenang, sejuk, dan romantis,sempurna bagi dua insan yang ingin menumbuhkan benih cinta. Di sana, keduanya larut dalam kebahagiaan sebagai sepasang pengantin baru, menyatu dalam asmara dan harapan.
Pagi hari yang cerah membangunkan Melinda dari tidurnya. Dengan semangat, ia menyiapkan sarapan dan segala keperluan sang suami. “Mas… mas… sayangku, bangun… sudah siang,” bisik Melinda dengan penuh cinta. Baskoro pun bangun, tersenyum, dan berterima kasih atas perhatian istrinya.
Hari-hari bulan madu mereka dipenuhi kehangatan. Mereka berjalan-jalan di sekitar vila, bergandengan tangan, tertawa, dan saling memandang mesra seakan dunia hanya milik mereka berdua. Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama.
Pertemuan Masa Lalu yang Mengguncang
Sekembalinya ke kota, kehidupan rumah tangga mereka tampak berjalan baik. Namun di balik itu, sebuah ujian besar menanti. Di kantor, tempat Baskoro memimpin sebuah perusahaan, seorang wanita cantik bernama Fani datang tanpa janji. Rambut panjang, tubuh ramping, dan wangi parfum mewah membuat kehadirannya mencuri perhatian. Saat bertemu dengan Baskoro, ternyata Fani adalah cinta lama yang belum sepenuhnya padam.
Pertemuan itu menghidupkan kembali perasaan yang telah lama terpendam. Mereka mulai sering bertemu, saling menelepon, dan berbagi cerita masa lalu. Benih cinta lama tumbuh kembali dalam diam, mengikis kesetiaan Baskoro pada Melinda.
Sementara itu, Melinda mulai merasa ada yang berubah. Suaminya pulang malam, jarang bicara, dan selalu buru-buru ke kamar. Bahkan wangi parfum wanita lain sempat ia cium dari pakaian Baskoro. Ketika ia bertanya, Baskoro hanya beralasan bahwa itu dari SPG parfum yang menyemprotkan tester.
Cinta yang Dikhianati
Merasa hatinya tidak tenang, Melinda memutuskan untuk datang ke kantor suaminya, membawa makanan kesukaan Baskoro untuk makan siang bersama. Namun yang ia temukan justru pemandangan yang mematahkan hatinya: Baskoro dan Fani sedang makan bersama dan saling menyuapi. Melinda pun tak mampu menahan emosi.
“Inikah yang kau lakukan di belakangku?” teriak Melinda dengan air mata. Ia pun pergi meninggalkan kantor, meninggalkan luka yang mendalam di hatinya. Baskoro mencoba mengejar, namun Fani menahannya dan berkata, “Sudahlah mas, hubungan kita sudah ketahuan. Apa kamu masih mau lanjutkan hubungan ini?”
Dalam diam, Baskoro mulai berpikir. Ia mencintai Fani sejak kuliah, namun di rumah, ia memiliki istri yang sabar dan penuh kasih. Hatinya pun berkecamuk.
Pengorbanan Seorang Istri
Sesampainya di rumah, Baskoro disambut seperti biasa oleh Melinda. Ia membukakan sepatu, membawa tas suaminya, menyiapkan air hangat, makanan, dan kopi. Baskoro heran, mengapa Melinda tetap bersikap lembut padahal ia telah menyakitinya?
Tak tahan dengan perasaan bersalah, Baskoro akhirnya berkata, “Sayang… maafkan aku. Aku telah mengkhianatimu.” Melinda tersenyum tenang dan menjawab, “Mas benar-benar mencintai wanita itu?”
Baskoro, dengan berat hati, menjawab, “Iya, aku sudah mencintainya sejak kuliah.”
Melinda menatap suaminya dan berkata, “Kalau memang mas mencintai dia, aku rela. Asal jangan sia-siakan cinta kalian. Aku ikhlas, mas.”
Kata-kata itu menghantam hati Baskoro. Ia tertegun dan merenung dalam. Di hadapannya berdiri wanita yang ia nikahi bukan karena cinta, tapi kini menunjukkan cinta sejati yang tak ternilai. Wanita yang bersabar, tetap lembut, dan bahkan rela melepas suaminya demi kebahagiaan orang lain.
Kesadaran yang Terlambat, Tapi Tak Terlalu Akhir
Kesadaran itu menyentak hati Baskoro. Ia menatap Melinda dan berkata lirih, “Sayang… aku takkan meninggalkanmu. Aku baru sadar, kamulah wanita yang sesungguhnya aku butuhkan. Maafkan aku.”
Melinda meneteskan air mata, bukan karena sedih, tapi karena cinta mereka menemukan kembali jalannya. Sejak hari itu, Baskoro memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Fani dan berkomitmen penuh pada rumah tangganya.
Mereka mulai membangun kembali cinta yang pernah goyah, dan hubungan mereka semakin erat. Seperti kisah Laila dan Qais, cinta mereka menjadi legenda kecil di antara orang-orang terdekat yang mengenalnya. Cinta yang teruji, namun tak hancur justru semakin kuat.
Kisah Melinda dan Baskoro menjadi pelajaran bahwa cinta sejati tidak selalu lahir dari pandangan pertama, tetapi dari ketulusan, pengorbanan, dan kesabaran. Jangan pernah sia-siakan orang yang setia di sisimu, karena tak semua cinta yang terlihat indah di awal, bisa bertahan saat badai datang.
Ilham TribuneIndinesia.com















