Deli Serdang I Tribuneindonesia.com
Dunia jurnalisme kembali dibungkam dengan cara-cara keji. Tiga wartawan berinisial D, R, dan A mendadak ditangkap dalam sebuah Operasi Tangkap Tangan (OTT) pada Sabtu (31/5/2025), di sebuah warung kelontong. Saat ini, ketiganya ditahan di Polsek Beringin, Polresta Deli Serdang.
Mereka dituduh memeras Kepala Sekolah SDN 101928 Rantau Panjang, Muhammad Saleh, S.Pd. Namun di balik tudingan itu, tercium aroma jebakan licik—sebuah skenario busuk untuk membungkam suara kebenaran yang telah membuka aib dugaan pungutan liar (pungli) terhadap orang tua murid.
Muhammad Saleh diduga menarik pungutan sebesar Rp160.000 dari setiap siswa kelas 6 untuk kegiatan Pentas Seni (Pensi) pasca ujian. Pungutan itu memberatkan, bahkan menghancurkan semangat siswa dari keluarga kurang mampu.
“Anak saya sampai enggan sekolah karena kami tidak sanggup bayar. Hidup kami pas-pasan, Rp160 ribu sangat berarti,” ujar seorang wali murid berinisial A, dengan suara bergetar.
Namun alih-alih memeriksa sang kepala sekolah, aparat justru menangkap para pembongkar fakta. Saat media mencoba menelusuri kronologi dari Kapolsek Beringin Iptu Hafiz Ansari, jawaban dilempar ke Kasi Humas. Namun Kasi Humas justru mengarahkan kembali ke Polsek. Pola saling lempar ini menebar kabut gelap—ada apa yang sedang disembunyikan?
Ketua Ikatan Media Online (IMO) Deli Serdang, Edward Tarigan (Edo Tarigan), mengecam keras penangkapan tersebut. Ia menyebut ini sebagai bentuk nyata kriminalisasi terhadap profesi wartawan.
“Kalau wartawan bersalah, silakan proses hukum. Tapi jangan tutup mata pada kejahatan sesungguhnya. Kepala sekolah ini memeras orang tua murid! Tangkap dan periksa juga Muhammad Saleh!” tegasnya.
Larangan praktik pungli di sekolah sudah berkali-kali disampaikan oleh Bupati Deli Serdang dr. Asri Ludin Tambunan. Namun Muhammad Saleh diduga tetap melakukannya, bahkan melibatkan dua guru kelas 6 lainnya. Publik menuntut agar kepala sekolah segera dicopot dan seluruh dana pungli dikembalikan kepada orang tua siswa.
“Ini bukan sekadar soal uang. Ini pembunuhan terhadap masa depan anak-anakmiskin. Dan ketika wartawan bersuara, malah dijebak. Ini bahaya besar bagi demokrasi!” ujar Rendi, Sekretaris IMO Deli Serdang dan Kritikus Media Siber.
Dunia pers diguncang. Demokrasi diteror. Jika wartawan bisa dijebak karena memberitakan kebenaran, maka siapa lagi yang bisa bicara bebas di negeri ini?
Ilham Tribuneindonesia.com