Takengon | TribuneIndonesia.com
Di tengah sorotan publik dan pemberitaan media sebelumnya yang menyebut adanya gelombang penolakan terkait penertiban Cangkul Padang dan Cangkul Dedem, fakta di lapangan justru menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik cangkul membongkar sendiri cangkul mereka secara mandiri dan sukarela.
Tindakan ini dilakukan atas dasar kesadaran hati nurani tanpa paksaan dari pihak manapun. Para pemilik cangkul mengaku memahami tujuan dari penertiban yang dilakukan, dan lebih memilih bersikap kooperatif demi kepentingan bersama dan kelestarian kawasan Danau Lut Tawar.
“Ini kami lakukan dengan ikhlas. Kami sadar kawasan ini perlu ditata ulang demi masa depan lingkungan dan generasi mendatang,” ujar salah satu pemilik cangkul Padang.
Menariknya, dari hasil penelusuran di lapangan, tidak semua pihak yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu merupakan pemilik Cangkul Padang dan Dedem. Diketahui, terdapat peserta aksi dari kalangan pedagang ikan serta pengemudi becak yang ikut bergabung dalam barisan demonstran.
Hal ini memunculkan pertanyaan baru terkait siapa sebenarnya pihak-pihak yang berkepentingan dalam aksi protes tersebut.
Pemerintah daerah menyambut baik langkah sukarela para pemilik cangkul yang telah membongkar secara mandiri, dan berharap proses penataan kawasan terus berjalan dengan mengedepankan pendekatan persuasif serta partisipasi masyarakat.
“Kami apresiasi kesadaran masyarakat. Ini contoh positif bagaimana solusi bisa dicapai tanpa harus melalui konflik,” ujar seorang pejabat dari dinas terkait.
Penertiban kawasan di sekitar Danau Lut Tawar terus menjadi prioritas dalam upaya menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah alih fungsi lahan secara liar. (Dian aksara)

















