Opini: 100 Hari Bupati Tagore, Publik Berhak Bertanya

- Editor

Senin, 9 Juni 2025 - 03:05

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TribuneIndonesia.com

Seratus hari pertama kepemimpinan Bupati Tagore seharusnya menjadi panggung awal untuk menunjukkan arah yang jelas dan konsisten dalam mewujudkan visi-misi yang pernah dikampanyekan. Namun yang terjadi justru sebaliknya, serangkaian kebijakan kontroversial membuat masyarakat mulai mempertanyakan arah pemerintahan yang baru ini.

Kebijakan mutasi pejabat eselon III dan IV menuai kritik tajam. Bukan sekadar karena waktu pelaksanaannya yang tergesa-gesa, namun juga karena muncul isu permintaan pengunduran diri secara tersirat terhadap sejumlah pejabat. Proses mutasi tersebut dianggap tidak mengedepankan prinsip kompetensi dan transparansi. Banyak yang menilai mutasi itu dilakukan berdasarkan kepentingan politik semata, bukan kebutuhan organisasi pemerintahan yang profesional.

Tak kalah mengkhawatirkan, isu terkait pembayaran tanah untuk sarana pendidikan yang disebut-sebut disalurkan ke rekening pribadi Bupati menjadi bola panas di tengah masyarakat. Meski hal ini masih berupa dugaan, publik berhak mengetahui kebenarannya secara terbuka. Transparansi dalam pengelolaan keuangan publik adalah keniscayaan, apalagi menyangkut aset dan hak masyarakat luas.

Lebih memperkeruh keadaan, dalam berbagai kesempatan Bupati Tagore sering kali melontarkan kritik terhadap pemerintahan sebelumnya. Sikap saling menyalahkan antarpejabat ini tidak menunjukkan kedewasaan dalam memimpin. Seharusnya pemimpin baru datang dengan semangat kolaborasi dan perbaikan, bukan membawa sentimen masa lalu yang memperlebar jurang perbedaan.

Isu lain yang turut mencuat dan mengundang keprihatinan adalah keterlibatan putri Bupati Tagore dalam seleksi calon Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Bener Meriah. Meski tidak menyalahi aturan secara teknis, hal ini menimbulkan persepsi kuat tentang nepotisme. Dalam konteks birokrasi yang menuntut profesionalisme, hal-hal seperti ini bisa mengikis kepercayaan masyarakat.

Baca Juga:  Menegakkan Hukum demi Pembangunan yang Berkeadilan

Tidak hanya itu, publik juga resah dengan isu “pembisik” atau orang-orang dekat yang disebut-sebut memiliki pengaruh besar terhadap keputusan Bupati. Pemimpin harus mendengarkan banyak pihak, bukan hanya segelintir orang yang mungkin membawa kepentingan pribadi. Pemerintahan yang baik harus berpijak pada musyawarah dan prinsip keterbukaan.

Yang perlu digarisbawahi oleh Bupati Tagore adalah kenyataan bahwa masyarakat memilihnya kembali bukan semata karena retorika politik, melainkan karena rindu akan kinerja beliau di masa lalu, saat menjabat sebagai Bupati definitif pertama Kabupaten Bener Meriah. Kepercayaan yang diberikan ini adalah amanah, bukan sekadar kemenangan politik. Rakyat berharap pada pengalaman dan ketegasan yang dulu pernah membawa kemajuan bagi daerah ini.

Seratus hari memang belum cukup untuk membangun segalanya, tapi cukup untuk menunjukkan arah dan niat. Jika yang terlihat justru kebijakan kontroversial, sikap saling menyalahkan, dan potensi konflik kepentingan, maka publik berhak mempertanyakan: ke mana sebenarnya arah pemerintahan ini?

Kini saatnya Bupati Tagore kembali ke jalur yang dulu membuat rakyat percaya. Menjadi pemimpin yang melayani, bukan memperkeruh suasana. Menyatukan, bukan memecah belah. Rakyat menanti, apakah rindu itu akan berbalas, atau justru berubah menjadi kecewa yang dalam.

Oleh : Wen Bensu, Bener Meriah 9 Juni 2025.

Berita Terkait

FEIBC Merayakan Kehangatan Keluarga dan Semangat Bangsa dalam Gathering Oktober 2025: Feiby Josefina Pimpin Semangat ‘Fun, Elegant, Inspiring’
Menanti KPK Membasmi Agen Izin Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah
Asal Jadi! Revitalisasi SDN Cikayas 3 Digeruduk Sorotan — Pengawasan Lemah, Kualitas Diragukan, Kepala Sekolah Bungkam
Bagaimana Aku Takut pada Kemiskinan, Sedang Aku Hamba dari Dia yang Maha Kaya
Peran ibu bupati aceh timur di garis depan melawan stanting melalui Edukasi Perilaku Higienis dan racun lingkungan
Jebakan Komunitas “Iming-Iming Impian”: Cuci Otak Berkedok Peluang, Janjikan Mobil hingga Rumah Miliaran
“Jaksa Tidur, Koruptor Tertawa: Publik Desak Jaksa Agung Bongkar Kebekuan Hukum di Daerah”
Ketika Disiplin Dianggap Kekerasan: Dunia Pendidikan yang Kian Retak
Berita ini 216 kali dibaca
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Kamis, 30 Oktober 2025 - 11:33

Viral! Otak Pengeroyokan dan Penganiayaan Jukir Menggunakan Sajam di Depok Diduga EVP PLN, “Terapkan UU Darurat

Kamis, 30 Oktober 2025 - 10:04

Bank Aceh Syariah Salurkan Zakat untuk 1.216 Mustahik Miskin Produktif di Aceh Tenggara

Kamis, 30 Oktober 2025 - 10:01

Aroma Penyimpangan di Proyek Rp781 Juta SDN Sukawaris 2 — Kepala Sekolah Bungkam, Baja Bekas Hilang Entah ke Mana!

Kamis, 30 Oktober 2025 - 02:20

ASN Rangkap Jabatan Bikin Heboh Cikeusik, Surat Mundur Tak Diterima, Wartawan Siap Turun!

Rabu, 29 Oktober 2025 - 10:06

Kasus ASN Jadi Ketua BUMDes Parungkokosan, Korwil Pendidikan Enggan Banyak Bicara — Aktivis Bara Api: Jangan Tutupi Fakta!

Rabu, 29 Oktober 2025 - 03:37

Arief Martha Rahadyan Dukung Penuh Pengembangan Bali Maritime Tourism Hub sebagai Proyek Strategis Nasional

Rabu, 29 Oktober 2025 - 03:33

Arief Martha Rahadyan: Penetapan 44 Kawasan Industri Bukti Keseriusan Pemerintah Bangun Ekonomi Merata

Selasa, 28 Oktober 2025 - 14:23

ODGJ Berkeliaran di Desa Tulang Baro, Warga Manyak Payed Resah

Berita Terbaru

Pemerintahan dan Berita Daerah

Potensial Jadi Kabupaten Terdepan, Pembangunan Tahun 2026 Dilakukan Lebih Awal

Kamis, 30 Okt 2025 - 14:07

Pemerintahan dan Berita Daerah

Lestarikan Kebudayaan, Pemkab Deli Serdang Adakan Pagelaran Budaya & Lomba Tari

Kamis, 30 Okt 2025 - 14:02

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x