Deli Serdang | TribuneIndonesia.com
Teror demonstrasi mengguncang Deli Serdang pada Senin (26/5/2025) ketika ratusan massa dari organisasi Alwashliyah melancarkan aksi brutal di depan Kantor Bupati. Aksi tersebut berubah menjadi kerusuhan yang mengerikan, dengan pagar besi kantor pemerintahan dirobohkan dan anak-anak pelajar diseret ikut serta dalam kekacauan itu.
Pemandangan mencekam memperlihatkan siswa-siswi madrasah yang seharusnya berada di ruang kelas, justru berada di tengah-tengah kerumunan massa yang meneriakkan tuntutan, memaksa masuk ke kawasan pemerintah, dan merusak fasilitas negara. Sorak sorai demonstran bercampur dengan tangis ketakutan anak-anak yang tak memahami bahaya di sekeliling mereka.
Ketua LPAI, Kak Seto, menegaskan bahwa pelibatan anak-anak dalam aksi semacam ini adalah bentuk eksploitasi terang-terangan yang melanggar hukum. “Ini bukan hanya pelanggaran hukum, tapi juga pengkhianatan terhadap masa depan bangsa. Anak-anak kita diseret dalam konflik yang tidak mereka pahami, dan ini sangat berbahaya,” ucapnya penuh kekecewaan.
Ketua KPAI Deli Serdang, Junaidi Malik, turut mengecam keras tindakan tersebut. Ia mengingatkan bahwa trauma psikologis akibat kekacauan bisa melekat seumur hidup dalam benak anak-anak.
Aksi ini berawal dari konflik sengketa lahan antara Alwashliyah dan pemerintah daerah terkait bangunan yang saat ini digunakan untuk SMP Negeri 2 Petumbukan. Meskipun telah ada jalur dialog, massa tetap bertindak beringas.
Arnold Perjuangan Manurung dari ACI Center Deli Serdang menyatakan bahwa aksi ini melanggar hukum berat, terutama Pasal 406 KUHP tentang perusakan dan aturan perlindungan aset negara. “Kalau dibiarkan, ini bisa menjadi benih pemberontakan massa. Negara tidak boleh tunduk pada tekanan jalanan yang melibatkan anak-anak sebagai tameng!” ujarnya tegas.
Di tengah upaya dialog damai yang telah difasilitasi Bupati Deli Serdang, justru massa nekat menerobos pengamanan. Aparat akhirnya turun tangan untuk meredam kekacauan.
Situasi sempat nyaris tak terkendali. Kantor Bupati berubah menjadi arena horor.
Warga mendesak agar pelaku kerusuhan ditindak tegas. Mereka khawatir aksi semacam ini akan kembali terjadi jika tidak ada efek jera.
“Jika hukum tak ditegakkan sekarang, maka ke depan yang datang bukan lagi demonstrasitapi kerusuhan yang menghancurkan,” tutup Arnold dengan nada mengecam.
Ilham Tribuneindonesia.com