Medan | TribuneIndonesia.com — Di tengah pesatnya modernisasi dan serbuan toko daring, satu toko di sudut Pasar IV Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli, tetap bertahan, berdiri tegak selama lebih dari 35 tahun. Toko itu bernama Idola Fashion, dan di balik kesuksesannya, berdiri sosok bersahaja namun penuh determinasi: H. Anas Tanjung.
Dikenal luas di kalangan pelaku UMKM Sumatera Utara, pria kelahiran Padang, 2 Februari 1969 ini telah mengabdikan hidupnya untuk membangun usaha dari nol bukan hanya demi ekonomi keluarga, tetapi juga demi menginspirasi sesama.
Merantau, Memilih Berdagang, Menjemput Takdir
Saat masih berusia 16 tahun, Anas meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke Medan, mengikuti jejak keluarganya yang lebih dulu menetap di Binjai. Bukan sebagai buruh atau karyawan, Anas justru memilih menjadi pedagang mandiri, meski dengan modal pas-pasan.
Pada 1989, ia membuka lapak kecil di Pulo Brayan, menjual pakaian anak dan dewasa. Semua ia kerjakan sendiri, dengan semangat membangun kemandirian sejak dini.
Namun di tahun yang sama, insting dagangnya membawanya ke lokasi baru yang lebih prospektif: Pasar IV Desa Manunggal. Di situlah ia membesarkan Toko Idola Fashion hingga kini menjadi salah satu ikon pasar tradisional di Medan.
“Awalnya di Pulo Brayan, tapi sejak 1989 saya pindah ke Pasar IV Desa Manunggal. Ternyata inilah tempat rezeki saya sampai sekarang,” ujar H. Anas kepada TribuneIndonesia.com, Jumat (25/7/2025).
Bertahan di Tengah Krisis, Tetap Setia pada Pelanggan
Krisis ekonomi 1998, pandemi COVID-19, hingga gempuran retail modern tak mampu meruntuhkan fondasi usaha Anas. Ia bukan hanya berjualan pakaian, tapi juga menjahit kepercayaan lewat pelayanan yang ramah, harga yang bersahabat, dan konsistensi menjaga kualitas.
Tak sedikit pelanggannya yang sudah berbelanja sejak muda, kini datang kembali membawa anak-anak mereka. Loyalitas pelanggan menjadi aset utama Idola Fashion.
Ikon UMKM yang Menginspirasi
Meski zaman berubah dan digitalisasi mendominasi, H. Anas tetap percaya pada kekuatan interaksi langsung dan hubungan emosional. Ia juga aktif berbagi pengalaman kepada pelaku UMKM lain, tak segan memberi motivasi maupun tips berjualan sederhana namun realistis.
“Jangan menyerah. Kalau hari ini belum laku, besok tetap buka. Kadang rezeki datang dari arah yang tak kita sangka,” ucapnya dengan senyum.
Dari Kios Kecil, Jadi Penjahit Mimpi
Kini, di usia 56 tahun, H. Anas tetap setia membuka tokonya setiap pagi. Ia bukan hanya seorang pedagang, tapi juga penjahit mimpi bukti nyata bahwa kesuksesan bisa tumbuh dari tempat sederhana, selama ditekuni dengan jujur, sabar, dan konsisten.
Sosoknya menjadi pengingat bahwa UMKM tak boleh menyerah pada zaman, karena justru dari mereka, semangat ekonomi rakyat bermula.
Ilham TribuneIndonesia.com














