Badung, Bali|Tribuneindonesia.com
Kasus Bonnie Blue kembali memasuki babak baru. Setelah sepekan menjadi sorotan publik, menimbulkan spekulasi, dan memancing perhatian media internasional, Polres Badung bersama Imigrasi Ngurah Rai menegaskan dalam konferensi pers bahwa tidak ditemukan unsur pornografi dalam konten yang dibuat warga negara Inggris tersebut, Jumat (12/12/25).
Menurut hasil penyelidikan, Bonnie yang bernama lengkap Tia Emma Billinger (26) datang ke Bali untuk merekam konten harian bergaya vlog bagi media sosialnya.
Setelah seluruh materi yang sebelumnya memicu tudingan diperiksa ulang, aparat menyimpulkan tidak ada aktivitas eksplisit, tidak ada indikasi produksi konten dewasa, dan tidak ada bukti yang mendukung dugaan awal.
Terkait video yang sempat menampilkan beberapa alat kontrasepsi, polisi menjelaskan bahwa benda-benda tersebut bukan bukti aktivitas pornografi, melainkan properti konten yang tidak terkait dengan pembuatan materi eksplisit.
Dari “Terancam 15 Tahun Penjara” ke “Mungkin Hanya Pelanggaran Visa”
Apa yang sebelumnya berkembang sebagai kegaduhan global dengan judul-judul dramatis kini mereda menjadi persoalan yang jauh lebih administratif.
Seluruh dugaan pelanggaran pidana gugur. Satu-satunya hal yang masih ditelaah ialah kemungkinan pelanggaran syarat izin tinggal.
Pihak Imigrasi menegaskan bahwa hingga kini, Belum ada pelanggaran keimigrasian yang dapat dipastikan.
Hingar-bingar opini publik, kemarahan warganet, hingga potongan video yang viral tampak tidak sebanding dengan fakta yang ditemukan aparat.
Bonnie Datang ke Kantor Imigrasi dengan Sikap Tenang Saat tiba di Kantor Imigrasi Ngurah Rai awal pekan ini, Bonnie terlihat tenang jauh dari gambaran seseorang yang sedang menghadapi ancaman pidana berat.
Mengenakan atasan oranye dan celana pendek, ia datang bersama tiga pria berkewarganegaraan Inggris dan kuasa hukumnya.
Suasananya lebih menyerupai seseorang yang menuju janji santai jelang makan siang daripada proses pemeriksaan.
Dalam gayanya yang khas, ia bahkan sempat merekam suasana di ruang pemeriksaan. Dengan tersenyum, ia mempromosikan platform berlangganannya.
“You have to subscribe if you want to see it,” ujarnya kepada wartawan saat ditemui di kantor Imigrasi (11/12), seolah menjadikan perhatian publik sebagai bagian dari kontennya.
Kepala Imigrasi Ngurah Rai, Winarko, menjelaskan bahwa pemeriksaan tersebut hanya merupakan tindak lanjut dari penyelidikan awal Polres Badung.
Dalam bahasa sederhana Ini bukan klimaks sebuah kasus besar. Ini sekadar penyesuaian administrasi.
Aparat meninjau kembali catatan visa, aktivitasnya selama berada di Bali, serta isu-isu daring yang berkembang.
Tuduhan sebelumnya termasuk klaim bahwa ia merekam konten dewasa dekat area suci tidak terbukti.
Lokasi studio di Pererenan yang sebelumnya dilaporkan warga juga tidak menunjukkan adanya produksi konten eksplisit.
Jika ditemukan pelanggaran administratif, deportasi mungkin diberlakukan. Jika tidak, Bonnie akan dilepas sepenuhnya tanpa sanksi.
Apa yang Sebenarnya Terlihat dari Kasus Ini Kisah Bonnie Blue mencerminkan pola yang sering muncul di Bali,
Tuduhan besar menyebar cepat.
Bukti datang belakangan. Dan kebenaran sering kali jauh lebih sederhana dibanding tajuk viral.
Kapolres badung AKBP M. Arif Batubara, SH. SIK. MH. M.Tr. Opsla kembali mengingatkan bahwa:
• Tuduhan serius membutuhkan bukti kuat
• Opini publik tidak menentukan kesalahan
• Proses hukum membutuhkan waktu dan tidak selalu sesuai ekspektasi warganet
Dalam kasus ini, suara paling nyaring justru muncul di awal, sementara fakta hadir belakangan — tenang, tanpa dramatisasi.
Pada titik ini, aparat telah menyatakan bahwa Bonnie bersih dari semua tuduhan pidana. Yang tersisa hanyalah pemeriksaan administratif terkait izin tinggal. Badai besar yang sempat mengitari namanya kini menyusut menjadi gerimis ringan.
Dan di tengah situasi ini, banyak pengamat menduga bahwa Bonnie mungkin menyadari satu hal: perhatian publik telah membuat namanya melesat lebih tinggi. (Van)

















