Bangli, Bali|Tribuneindonesia.com
Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025-2026, Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali, bersiap menyambut wisatawan dengan fokus pada konsep pariwisata hijau atau regeneratif, Minggu (14/12/25).
Selain komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, desa adat yang terkenal ini juga telah menyiapkan serangkaian atraksi budaya yang meriah untuk memanjakan pengunjung selama masa liburan akhir tahun.
Langkah ini diambil guna memberikan pengalaman berwisata yang unik sekaligus mempromosikan kekayaan tradisi lokal.
Diketahui, Kepala Objek Wisata Penglipuran, I Wayan Sumiasa, memaparkan rencana tersebut saat acara temu media di Warung Bendega, Renon, pada Sabtu (12/12).
Sumiasa menjelaskan bahwa salah satu daya tarik utama yang telah disiapkan adalah pertunjukan kolosal “Barong Macan”.
Atraksi ini akan melibatkan sekitar 15 barong yang dijadwalkan berjalan kaki dari area selatan desa hingga mencapai kawasan Hutan Bambu yang menjadi ciri khas Penglipuran.
Selain itu, sepanjang periode 28 Desember hingga 1 Januari, berbagai pertunjukan budaya lainnya akan dipentaskan secara berkesinambungan di area Hutan Bambu.
Lebih dari sekadar menyaksikan pertunjukan, Penglipuran juga menyediakan paket-paket khusus untuk memperkaya pengalaman wisatawan. Sumiasa menyebutkan,
“Kami menyediakan paket menginap yang sangat spesial, serta ada juga paket wisata kuliner yang ditawarkan di Bamboo Cafe.”
Ia menambahkan bahwa para tamu yang datang ke Penglipuran seringkali memiliki keinginan untuk merasakan menjadi bagian dari masyarakat lokal, bahkan jika hanya “orang Bali sehari” dengan mengenakan busana adat.
Menanggapi animo tersebut, pihak pengelola secara gratis menawarkan kesempatan bagi wisatawan untuk melihat langsung atraksi budaya yang rutin digelar setiap hari Sabtu dan Minggu.
“Kami berharap ketika mereka mau berpakaian adat Bali, mereka juga bisa melihat secara langsung atraksi budaya yang kita punya di Penglipuran,”
Imbuhnya, menekankan upaya untuk mengintegrasikan pengalaman budaya otentik dengan keinginan wisatawan.
Meskipun menyajikan paket khusus, pengelola memastikan harga penginapan masih kompetitif, berkisar Rp375.000 per malam.
Namun, harga ini akan berbeda jika pengunjung mengambil paket tambahan, seperti makan malam di tengah jalan desa atau paket makan eksklusif di Hutan Bambu.
Hingga saat ini, sistem penjualan tiket masuk masih dioperasikan secara offline untuk memudahkan kontrol dan pengelolaan arus kunjungan.
Terkait target kunjungan, Pengelola Optimistis mencapai peningkatan signifikan.
“Untuk kunjungan di tahun ini ditargetkan 2.000 per hari,”
kata Sumiasa. Ia juga mengungkapkan bahwa pada November lalu, total kunjungan sudah mencapai 826.000 orang.
Pihaknya optimis di akhir tahun 2025 ini, total wisatawan dapat menyentuh angka 900.000, dengan mayoritas didominasi oleh wisatawan domestik yang berasal dari wilayah Jawa, Jakarta, dan Kalimantan. (rls)

















