Jakarta|Tribuneindonesia.com
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menolak keras usulan penggantian program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi bantuan sosial (bansos) uang tunai. Jumat (26/9/25)
Penegasan ini muncul di tengah maraknya kasus keracunan yang diduga menimpa penerima manfaat program.
Menurut Hindayana, program MBG telah dirancang secara spesifik untuk mengatasi masalah gizi masyarakat, khususnya anak-anak, melalui penyaluran makanan siap santap yang terjamin mutunya.
Ia menekankan bahwa pemberian uang tunai justru berpotensi tidak tepat sasaran dan tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Hindayana menjelaskan bahwa BGN memiliki alasan kuat mempertahankan skema bansos makanan.
Program ini tidak hanya berfokus pada pemenuhan gizi, tetapi juga bertujuan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Skema penyaluran melalui Sentra Pangan dan Penyedia Gizi (SPPG) menjadi garda terdepan dalam memastikan makanan yang diberikan berkualitas dan tepat sasaran.
Berbeda dengan bansos uang tunai yang dinilai Hindayana sudah memiliki saluran tersendiri melalui skema Bantuan Langsung Tunai (BLT), sehingga tidak perlu ada tumpang tindih.
Sementara itu, penolakan tersebut diperkuat dengan contoh kasus yang terjadi di Sumatera Utara.
Hindayana menyebutkan contoh kasus seorang anak bernama Mahesa, di mana bantuan tunai yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan anak justru disalahgunakan oleh orang tuanya.
Hal ini menjadi bukti nyata bahwa bantuan uang tunai tidak selalu menjamin pemenuhan gizi anak secara optimal.
Oleh karena itu, BGN berkomitmen untuk terus menjalankan program MBG dalam bentuk makanan untuk memastikan setiap rupiah anggaran benar-benar sampai kepada yang membutuhkan dalam bentuk yang paling efektif.
Lebih lanjut, program MBG juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan.
Dengan kebutuhan bahan baku yang masif, seperti 5 ton beras per bulan untuk setiap SPPG, program ini secara langsung mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Kebutuhan besar ini secara otomatis akan membangun dan memperkuat rantai pasok pangan dari hulu ke hilir, mulai dari petani hingga penyedia jasa boga.
Dampak ini diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan ketahanan pangan nasional.
Dengan segala pertimbangan tersebut, Dadan Hindayana memastikan bahwa program Makan Bergizi Gratis akan terus dilanjutkan dalam bentuk aslinya, yaitu makanan siap saji yang bergizi.
Meskipun ada tantangan seperti kasus keracunan, BGN menyatakan akan terus melakukan perbaikan dan pengawasan demi menjamin keamanan dan kualitas makanan yang disalurkan.
Tujuannya tetap sama, menciptakan generasi yang sehat dan tangguh serta memperkuat fondasi ekonomi lokal melalui sektor pangan. (*Talia)















