TribuneIndonesia.com — Tidak semua orang langsung tahu jalan suksesnya sejak awal. Ada yang perlu waktu untuk mengenal dirinya, menata langkah, dan berani mencoba hal baru. Helen, alumni Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara (USU), adalah salah satu di antaranya. Ia membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari keberanian kecil untuk keluar dari zona nyaman.
Saat duduk di bangku SMA, Helen bukanlah sosok yang aktif di luar akademik. Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan belum menemukan ketertarikan pada dunia organisasi maupun kegiatan sosial. Namun, segalanya berubah ketika ia memasuki dunia perkuliahan. Di kampus, Helen mulai membuka diri terhadap pengalaman baru, mencoba berbagai hal yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.
“Dulu saya bukan anak yang aktif, lebih suka belajar di kelas daripada ikut kegiatan. Tapi sejak kuliah, saya mulai sadar pentingnya pengalaman. Dari situ saya belajar bahwa aktif itu bukan cuma soal CV, tapi tentang bertumbuh dan memberi dampak,” ujarnya.
Lingkungan kampus yang dinamis mendorongnya untuk berkembang. Helen mulai aktif di organisasi, mengikuti pelatihan, dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. Ia sempat kesulitan menyesuaikan diri dengan jadwal kuliah Farmasi yang padat, namun semangatnya untuk belajar hal baru membuatnya terus bertahan.
“Yang paling sulit itu manajemen waktu dan melawan rasa takut gagal. Tapi saya percaya, kalau terus mencoba, lama-lama pasti terbiasa,” tuturnya.
Kerja keras dan konsistensi itu akhirnya berbuah hasil. Helen berhasil meraih sederet prestasi gemilang, baik di tingkat nasional maupun internasional. Di antaranya, lolos pendanaan PKM-Kewirausahaan 2023 dengan inovasi KOPIT SEHAT, minuman tradisional kopi Arabika Aceh dicampur kunyit sebagai pencegah diabetes dan hipertensi melalui strategi digital marketing. Ia juga berhasil mendapatkan pendanaan PKM-Karsa Cipta 2023 dengan proyek 3in1 Mihuband: Inovasi Smartband SDs Sleepy Detector berbasis IoT untuk mendeteksi kantuk saat beraktivitas. Selain itu, ia juga beberapa kali menjuarai kompetisi ilmiah dan menjadi peraih penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi di tingkat fakultas maupun universitas.
Tak hanya aktif di bidang akademik, Helen juga menunjukkan kontribusinya di ranah riset. Beberapa karyanya telah dipublikasikan di jurnal bereputasi internasional yang terindeks Scopus. Ia meneliti beragam topik mulai dari potensi senyawa alami dalam dunia farmasi hingga peran bioteknologi dalam kesehatan. Bagi Helen, publikasi ilmiah bukan sekadar prestasi pribadi, tetapi juga wujud nyata kontribusi untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Semua pencapaian itu tidak diraih dengan mudah. Helen pernah mengalami banyak kegagalan, ditolak menjadi asisten laboratorium, tidak lolos beasiswa, kalah dalam lomba, bahkan sempat merasa ingin berhenti. Namun, setiap kegagalan menjadi bahan bakar untuk terus maju.
“Saya pernah gagal berkali-kali, tapi ternyata dari kegagalan itu saya belajar banyak. Mungkin saat itu bukan waktunya, tapi bukan berarti saya berhenti,” ujarnya mantap.
Kini, setelah menamatkan studinya di Fakultas Farmasi USU, Helen terus membawa nilai yang ia pelajari selama prosesnya: disiplin, konsisten, dan pantang menyerah. Ia percaya bahwa kesuksesan tidak diukur dari seberapa cepat seseorang berhasil, tetapi dari seberapa gigih ia bertahan untuk terus belajar.
Kisah Helen menjadi pengingat bahwa setiap orang punya waktunya sendiri untuk bersinar. Tidak ada kata terlambat untuk berubah, dan tidak ada usaha yang sia-sia bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin maju. Sebab, seperti yang selalu dipegang Helen, prestasi sejati bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang tidak berhenti melangkah

















