Ketika Hati, Pikiran, dan Perbuatan Tak Sejalan (Refleksi Untuk Wakil Rakyat)

- Editor

Selasa, 2 September 2025 - 01:06

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Chaidir Toweren

TRIBUNEIndonesia.com

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada dinamika yang tak jarang menimbulkan pertentangan antara hati, pikiran, dan perbuatan. Ada saat ketika hati berbisik tentang kebaikan, pikiran menimbang logika, tetapi perbuatan justru melangkah ke arah yang berlawanan. Inilah dilema klasik manusia, sebuah jurang yang muncul ketika integritas diri mulai goyah.

Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam lingkup personal, melainkan juga tercermin dalam kehidupan sosial, politik, bahkan birokrasi. Seseorang bisa saja memiliki hati yang lembut, pikiran yang cerdas, tetapi perilaku nyatanya menyakiti orang lain, merugikan masyarakat, atau sekadar mempertontonkan kemunafikan.

Hati sering digambarkan sebagai pusat kejujuran, tempat bersemayamnya nilai moral dan nurani. Pikiran adalah ruang logika, kalkulasi, dan pertimbangan rasional. Sedangkan perbuatan merupakan representasi nyata dari apa yang diputuskan. Ketiganya idealnya berjalan selaras, hati mengarahkan pada kebaikan, pikiran menimbang jalan terbaik, dan perbuatan merealisasikannya.

Namun, manusia kerap terjebak dalam konflik internal. Ada yang hatinya menolak, pikirannya bimbang, tetapi perbuatannya tunduk pada tekanan. Contoh sederhana dapat dilihat ketika seorang wakil rakyat mengetahui bahwa menerima gratifikasi itu salah, hatinya menolak karena tidak sesuai dengan nilai perjuangan yang akan diperjuangkan, pikirannya memahami risikonya, tetapi tangannya tetap menerima amplop dengan alasan “terpaksa.” Di titik inilah hati, pikiran, dan perbuatan tak lagi sejalan. Sehingga melahirkan mis kepercayaan.

Ketidakselarasan itu semakin nyata dalam kehidupan sosial kita. Di ruang publik, banyak tokoh lantang berbicara soal moralitas dan keadilan. Namun, dalam praktiknya, mereka justru terjerat kasus korupsi, manipulasi data, atau perbuatan yang bertolak belakang dengan ucapannya sendiri. Kata-kata indah menjadi sekadar topeng untuk menutupi perilaku yang sesungguhnya.

Fenomena ini memperlihatkan betapa mudahnya manusia tergelincir ketika hati, pikiran, dan perbuatan berjalan di jalur masing-masing tanpa ikatan integritas. Ketidakseimbangan itu melahirkan krisis kepercayaan masyarakat tidak lagi percaya pada pemimpin, publik kehilangan harapan pada institusi, dan individu pun merasakan kegelisahan batin.

Ketika hati, pikiran, dan perbuatan tidak sejalan, dampaknya bukan hanya pada diri sendiri, melainkan juga pada kehidupan berbangsa. Politik yang seharusnya menjadi ruang pengabdian, justru berubah menjadi arena perebutan kepentingan pribadi. Hati mereka mungkin masih tahu bahwa rakyat butuh keadilan, pikiran mereka mungkin mampu menghitung solusi, tetapi perbuatannya lebih memilih keuntungan sesaat.

Baca Juga:  Opini : Diantara Tangan Yang Pernah Menjabat. Pengkianatan dalam Pertemanan

Inilah yang menjelaskan mengapa banyak kebijakan publik tidak berpihak kepada rakyat. Ketika penguasa lebih mendengar bisikan kepentingan dibanding suara nurani, perbuatan yang muncul hanyalah formalitas, bukan solusi. Akibatnya, jurang antara rakyat dan penguasa semakin melebar.

Sebuah pertanyaan muncul pentingnya bagaimana agar hati, pikiran, dan perbuatan bisa kembali sejalan? Jawaban sederhana, dengan membangun integritas. Integritas berarti menyatukan apa yang ada di dalam hati, dipikirkan dalam logika, dan diwujudkan dalam perbuatan.

Integritas tidak lahir seketika. Ia dibangun melalui kebiasaan kecil: berkata jujur, bertindak sesuai kata hati, dan berani menolak yang salah meski dihadapkan pada risiko. Dalam kehidupan sehari-hari, integritas dapat dimulai dengan disiplin pada hal sederhana menepati janji, menghargai waktu, hingga menolak godaan sekecil apa pun.

Keselarasan juga menuntut keberanian. Hati bisa saja ingin berbuat baik, pikiran sudah menimbang risiko, tetapi tanpa keberanian, perbuatan akan berhenti pada wacana. Keberanian adalah jembatan yang menghubungkan nilai dengan tindakan.

Opini ini bukan sekadar ajakan moral, melainkan refleksi yang perlu kita jalani bersama. Dalam setiap keputusan besar maupun kecil mari kita bertanya, apakah hati kita setuju ? apakah pikiran kita logis ? dan apakah perbuatan kita sejalan dengan keduanya? Jika jawabannya tidak, maka itulah alarm bahwa ada yang salah dalam diri kita.

Bangsa ini membutuhkan manusia-manusia yang hatinya bersih, pikirannya jernih, dan perbuatannya lurus. Bukan mereka yang hanya pandai berkata, tetapi miskin teladan. Kita tidak perlu menunggu menjadi pejabat atau tokoh besar untuk memulai. Keselarasan bisa dimulai dari rumah, dari lingkungan kerja, hingga komunitas kecil kita.

Pada akhirnya, ketika hati, pikiran, dan perbuatan sejalan, kita bukan hanya membangun integritas diri, tetapi juga memperkuat pondasi kehidupan bermasyarakat. Dengan begitu, krisis kepercayaan akan pulih, dan bangsa ini akan lebih kuat menghadapi segala tantangan.

Berita Terkait

Pungli Parkir Siantar Cerminkan Lemahnya Pengawasan Dishub Siantar
Sinergi Damai di Kota Pelabuhan, Bitung Siapkan Perayaan Lintas Agama Desember 2025
Siantar Darurat Narkoba: Ratusan Pengedar Ditangkap Tapi Siapa Dalang di Baliknya ?
Personel BNN Pidie Jaya Raih Tiket Umrah Gratis dari Kapolda Aceh
Desain Siap Bangun Pemko Medan: Terobosan Inovatif atau Sekedar Prototipe di Sistem ?
FEIBC Merayakan Kehangatan Keluarga dan Semangat Bangsa dalam Gathering Oktober 2025: Feiby Josefina Pimpin Semangat ‘Fun, Elegant, Inspiring’
​Perkuat Citra “Polisi Humanis”, Polres Bitung Sumbang Darah di Momen Hari Jadi Humas Polri
Menanti KPK Membasmi Agen Izin Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah
Berita ini 59 kali dibaca
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Kamis, 30 Oktober 2025 - 11:33

Viral! Otak Pengeroyokan dan Penganiayaan Jukir Menggunakan Sajam di Depok Diduga EVP PLN, “Terapkan UU Darurat

Kamis, 30 Oktober 2025 - 10:04

Bank Aceh Syariah Salurkan Zakat untuk 1.216 Mustahik Miskin Produktif di Aceh Tenggara

Kamis, 30 Oktober 2025 - 10:01

Aroma Penyimpangan di Proyek Rp781 Juta SDN Sukawaris 2 — Kepala Sekolah Bungkam, Baja Bekas Hilang Entah ke Mana!

Kamis, 30 Oktober 2025 - 02:20

ASN Rangkap Jabatan Bikin Heboh Cikeusik, Surat Mundur Tak Diterima, Wartawan Siap Turun!

Rabu, 29 Oktober 2025 - 10:06

Kasus ASN Jadi Ketua BUMDes Parungkokosan, Korwil Pendidikan Enggan Banyak Bicara — Aktivis Bara Api: Jangan Tutupi Fakta!

Rabu, 29 Oktober 2025 - 03:37

Arief Martha Rahadyan Dukung Penuh Pengembangan Bali Maritime Tourism Hub sebagai Proyek Strategis Nasional

Rabu, 29 Oktober 2025 - 03:33

Arief Martha Rahadyan: Penetapan 44 Kawasan Industri Bukti Keseriusan Pemerintah Bangun Ekonomi Merata

Selasa, 28 Oktober 2025 - 14:23

ODGJ Berkeliaran di Desa Tulang Baro, Warga Manyak Payed Resah

Berita Terbaru

Pemerintahan dan Berita Daerah

Potensial Jadi Kabupaten Terdepan, Pembangunan Tahun 2026 Dilakukan Lebih Awal

Kamis, 30 Okt 2025 - 14:07

Pemerintahan dan Berita Daerah

Lestarikan Kebudayaan, Pemkab Deli Serdang Adakan Pagelaran Budaya & Lomba Tari

Kamis, 30 Okt 2025 - 14:02

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x