Kebebasan Pers, Pilar Demokrasi yang Harus Terus Dijaga

- Editor

Sabtu, 3 Mei 2025 - 17:10

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Chaidir Toweren, SE, K.JE

TribuneIndonesia.com

Setiap tanggal 3 Mei, masyarakat dunia memperingati Hari Kebebasan Pers Internasional. Peringatan ini bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan panggilan untuk merefleksikan sejauh mana ruang kebebasan berbicara dan menyampaikan informasi dihormati, dilindungi, dan dijalankan di setiap negara. Di tengah derasnya arus informasi dan makin kompleksnya tantangan demokrasi, keberadaan pers yang bebas, independen, dan bertanggung jawab menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Pers memiliki peran sentral dalam kehidupan demokrasi. Ia berfungsi sebagai penyambung lidah rakyat, pengawas kekuasaan, serta penjaga nilai-nilai transparansi dan akuntabilitas. Lewat kerja jurnalistik yang tajam, pers membongkar kasus korupsi, menyuarakan penderitaan kelompok marginal, dan menyoroti kebijakan publik yang berdampak besar pada masyarakat. Tanpa pers yang bebas, suara rakyat mudah dibungkam, kesewenang-wenangan kekuasaan sulit dilawan, dan demokrasi hanya akan menjadi slogan tanpa makna, ibarat sayur tanpa garam.

Namun, kebebasan pers tidak datang dengan sendirinya. Ia adalah hasil dari perjuangan panjang dan berdarah. Di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia, banyak jurnalis yang menjadi korban kekerasan, intimidasi, kriminalisasi, bahkan kehilangan nyawa hanya karena menjalankan tugas profesinya. Pada saat yang sama, bentuk-bentuk pembungkaman pers semakin canggih dan terselubung: mulai dari tekanan politik dan ekonomi, penyensoran halus oleh pemilik media, hingga serangan digital terhadap jurnalis independen adalah sesuatu yang tak terelakan.

Tantangan lain datang dari dalam industri pers itu sendiri. Dalam era digital saat ini, tekanan terhadap kecepatan dan klik seringkali mengorbankan akurasi dan kedalaman. Munculnya jurnalisme yang sensasional dan berita palsu merusak kepercayaan publik terhadap media. Kebebasan pers yang seharusnya digunakan untuk mendidik dan memberdayakan justru terkadang dipakai untuk membentuk opini publik demi kepentingan tertentu bahkan ada untuk membalas sakit hati ataupun keinginan pribadi, Ini adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai jurnalisme sejati.

Baca Juga:  KORUPSI BERMULA DARI PILKADA DAN PILEG

Karena itu, memperjuangkan kebebasan pers tidak cukup hanya dengan menuntut negara untuk memberikan ruang. Pers juga harus melakukan refleksi internal dan pembenahan menyeluruh. Etika jurnalistik harus ditegakkan secara konsisten. Wartawan perlu dibekali dengan pelatihan yang memadai, sementara media harus memperkuat independensinya dari pengaruh politik dan bisnis. Di sisi lain, pemerintah berkewajiban untuk menciptakan lingkungan hukum dan sosial yang melindungi jurnalis dan menjamin akses informasi publik yang terbuka. Bahkan pemerintah juga tidak menutup diri untuk membantu peningkatan sumber daya manusia, bagi jurnalis sendiri.

Masyarakat pun tidak boleh pasif. Publik yang kritis adalah mitra penting dalam menjaga kualitas dan kebebasan pers. Kita harus berhenti menjadi penyebar informasi yang tak terverifikasi. Kita perlu menghargai kerja-kerja jurnalistik yang serius dan berimbang, dan tidak memberi ruang pada media yang menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, atau propaganda. Dalam ekosistem informasi yang sehat, semua pihak memiliki peran dan tanggung jawab.

Hari Kebebasan Pers Internasional bukan hanya milik para jurnalis, tetapi milik kita semua. Sebab informasi yang jujur, bebas, dan akurat adalah hak dasar setiap warga negara. Tanpa pers yang merdeka, kebenaran akan mudah dikaburkan, dan rakyat akan kehilangan daya untuk mengawasi kekuasaan.

Menjaga kebebasan pers adalah menjaga demokrasi itu sendiri. Maka mari kita rawat bersama pilar penting ini dengan keberanian, integritas, dan kesadaran kolektif bahwa pers yang merdeka adalah nafas bagi masyarakat yang merdeka. Bukan sesuatu yang harus di belenggu

Berita Terkait

Merefleksikan Nilai Pancasila di Era Kini
Opini: Sistem Parkir Barcode, Terobosan Cerdas untuk Kota Langsa
Biaya Masuk MIN 5 Banda Aceh Rp 3,9 Segera Di Kembalikan Kepada Wali Murid
Waspada Penipuan Digital: Nasabah Khawatir Gunakan Mobile Banking, Lembaga Keuangan Diminta Perkuat Sistem Keamanan
Mencari Kambing Hitam di Tengah Kegalauan: Catatan Kritis atas Mutasi Pejabat di Bener Meriah
Dari Kebun Sawit Menuju Lumbung Pangan: Harapan Baru dari Padi Gogo
Manajemen Konflik: Kunci Menjaga Arah Perjuangan
Banyak Dugaan Pungli di Madrasah, SAPA Minta Kemenag Aceh Bertindak
Berita ini 78 kali dibaca
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Minggu, 1 Juni 2025 - 02:10

Gerebek Maut di Paya Geli, Markas Narkoba di Bakar, Dua Pelaku di Bekuk Polsek Sunggal! 

Minggu, 1 Juni 2025 - 01:39

” Dari Balik Jeruji: Rutan Kelas I Medan Perang Total Lawan Peredaran Narkoba, HP Ilegal, dan Pungli”

Sabtu, 31 Mei 2025 - 20:06

Residivis Pengedar Obat Keras Jenis Trihexypenidyl Kembali Ditangkap di Bitung

Sabtu, 31 Mei 2025 - 11:34

Polres Gayo Lues Bekuk Pemerkosa Anak Kandung

Sabtu, 31 Mei 2025 - 05:52

Digerebek di Gudang Sawit, Pria Muda Ditemukan Simpan Sabu dan Inex  Malam Mencekam di Bangun Purba

Sabtu, 31 Mei 2025 - 01:01

Teror Malam Dicegah! Danramil 16/DMS Pimpin Patroli Besar, Bubarkan Balap Liar dan Cegah Aksi Begal

Sabtu, 31 Mei 2025 - 00:40

Barak Sabu di Desa Sibulan Digulung Kodim 0204/DS: Pengedar Muda Diringkus, Barang Bukti Mengguncang!

Kamis, 29 Mei 2025 - 00:26

Seorang Perempuan Pengedar Sabu Ditangkap, Jaringan Gelap Kian Menggurita!

Berita Terbaru

Feature dan Opini

Merefleksikan Nilai Pancasila di Era Kini

Minggu, 1 Jun 2025 - 04:13

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x