Bitung, Sulut | Tribuneindonesia.com
Sukses mempertahankan reputasinya sebagai wilayah dengan tingkat toleransi tinggi melalui pelaksanaan ibadah Natal 2025 yang berjalan khidmat dan tertib.
Sejak malam pergantian hari hingga puncak perayaan, suasana damai menyelimuti seluruh sudut kota, memberikan ruang bagi umat Kristiani untuk beribadah dengan tenang.
Kondisi ini mencerminkan kematangan sosial masyarakat setempat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan di tengah keberagaman.
Keamanan yang terjaga secara maksimal ini merupakan buah dari kolaborasi masif antara personel Polri dan TNI dengan berbagai elemen sipil.
Tidak hanya aparat bersenjata, pengamanan di setiap gereja juga diperkuat oleh keterlibatan aktif ormas keagamaan, lembaga adat, serta satuan pengamanan internal gereja.
Sinergi ini terbukti efektif dalam memitigasi potensi gangguan, sehingga rangkaian ibadah di seluruh titik keramaian dapat terlaksana tanpa kendala berarti.
Kapolres Bitung, AKBP Albert Zai, S.I.K., M.H., memberikan apresiasi mendalam terhadap peran serta masyarakat yang menjadi kunci utama stabilitas keamanan tersebut.
Ia menegaskan bahwa kesadaran kolektif warga dalam menjaga ketertiban lingkungan sangat membantu tugas kepolisian di lapangan.
Menurutnya, partisipasi aktif dari tokoh agama dan tokoh adat menjadi pilar penting yang memperkokoh fondasi keamanan selama momentum besar ini.
”Keberhasilan kita menciptakan suasana Natal yang damai dan penuh sukacita adalah hasil kerja keras bersama. Kami sangat berterima kasih kepada seluruh pihak dan organisasi kemasyarakatan yang telah mendedikasikan waktu serta energinya untuk menjaga kenyamanan sesama warga,”
Ujar AKBP Albert Zai dalam keterangan resminya. Ia menambahkan bahwa kehadiran ormas lintas agama di depan gereja-gereja menjadi pemandangan yang memperkuat pesan persatuan.
Stabilitas kamtibmas yang dirasakan sepanjang perayaan Natal 2025 ini diharapkan tidak hanya menjadi fenomena musiman.
Pemerintah dan aparat keamanan berharap semangat kebersamaan serta moderasi beragama ini terus diimplementasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari.
Dengan berakhirnya rangkaian ibadah yang kondusif, Bitung kembali membuktikan diri sebagai simbol harmonisasi yang kokoh bagi wilayah lain di Sulawesi Utara. (Kiti)














