Prof. Mr. Arnold Mononutu Dari Diplomat ke Rektor, Jejak Sang Pahlawan Nasional

- Editor

Senin, 10 November 2025 - 03:20

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tribuneindonesia.com|Pemerintah Republik Indonesia, pada 10 November 2020, menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada almarhum Prof. Mr. Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu, Senin (10/11/2025).

Sosok yang wafat pada 5 September 1983 itu dikenang bukan hanya sebagai Menteri Penerangan, tetapi juga sebagai diplomat ulung, politisi, dan rektor yang berjasa membesarkan Universitas Hasanuddin.

Lelaki yang akrab disapa Arnold Mononutu ini lahir di Manado pada 4 Desember 1896.

Darah intelektual dan kepemimpinan telah mengalir dalam keluarganya. Ayahnya, Karel Charles Wilson Mononutu, adalah seorang ambtenaar (pegawai negeri) Hindia Belanda, sementara kakeknya tercatat sebagai orang Minahasa pertama yang lulus dari STOVIA, sekolah kedokteran ternama di Batavia.

Masa kecil Mononutu diwarnai perpindahan, mengikuti tugas sang ayah. Setelah menghabiskan waktu di Gorontalo, ia menempuh pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS) dan melanjutkan ke Hogere Burgerschool (HBS) di Batavia.

Di sinilah ia membangun jaringan pergerakan nasional dengan tokoh-tokoh seperti AA Maramis dan Achmad Subardjo.

Perjuangan di Kancah Politik Nasional

Pasca-Proklamasi Kemerdekaan, Mononutu aktif memperjuangkan integrasi Republik.

Di tengah situasi politik yang carut-marut, ia mendirikan organisasi Persatuan Indonesia dan koran Menara Merdeka sebagai corong perjuangan untuk menyuarakan pesan-pesan pro-republik dan menentang upaya Belanda memecah belah bangsa.

Ketika Belanda membentuk Negara Indonesia Timur (NIT) sebagai bagian dari strategi federal, Mononutu justru memanfaatkan posisinya sebagai anggota parlemen NIT untuk memperjuangkan penyatuan dengan Republik Indonesia.

Baca Juga:  Jam Pidum SeTUJUI Permohonan RJ Perkara Penganiayaan Keuchiek Oleh Warga Di Kecamatan Peulimbang

Ia memimpin kelompok pro-republik dan bahkan mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia (GPKI) menyusul Agresi Militer Belanda I pada 1947.

Komitmennya terhadap persatuan nyata ketika ia memimpin delegasi NIT untuk bertemu pimpinan Republik di Yogyakarta pada Februari 1948, sebuah langkah berani yang mempercepat bubarnya NIT dan terciptanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dari Diplomasi ke Dunia Akademik

Selain di dalam negeri, kiprah Mononutu juga bersinar di kancah internasional. Ia tercatat sebagai Duta Besar Indonesia pertama untuk Republik Rakyat Tiongkok, sebuah posisi strategis di awal kemerdekaan.

Pada 1960, Presiden Soekarno mempercayakannya untuk memimpin Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai Rektor.

Dalam lima tahun kepemimpinannya, ia berhasil mendorong transformasi besar. Jumlah mahasiswa melesat dari 4.000 menjadi 8.000, sementara fakultas bertambah dari tiga menjadi sembilan, mencakup bidang sains, teknik, pertanian, dan sosial politik, yang meletakkan pondasi kokoh Unhas sebagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia Timur.

Atas segala dedikasinya, Mononutu dianugerahi Bintang Mahaputra Utama pada 1961, penghargaan tertinggi bagi warga sipil. Kini, gelar Pahlawan Nasional yang disematkan pada 2020 semakin mengukir namanya dalam sejarah panjang bangsa.

Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, meninggalkan warisan perjuangan yang abadi dari ruang kabinet, parlemen, hingga kampus.

 

Berita Terkait

BNN dan Kemendikdasmen Satukan Langkah, Kurikulum Anti-Narkoba Digenjot
Perkuat Ketahanan Ideologi, Idensos/Satgaswil Sulut Sasar Tondano Timur dengan Sosialisasi Pencegahan Radikalisme
Diterjang Arus Saat Evakuasi, Dua Prajurit Koramil Batangtoru Sempat Hilang dan Ditemukan Selamat
PKBM Papa Lagar, Oasis Pendidikan di Tengah Kota Bitung
Kejaksaan Negeri Bitung Resmikan Gedung Oikumene, Musala, dan Cafe Adhyaksa
Kunjungi Pengungsian di Matang Kareung, Marlina Muzakir dan Dinsos Aceh Pastikan Bantuan Tepat Sasaran
Strategi Humanis Patroli Pantera Bitung Ciptakan Kondisi Aman dari Pagi hingga Malam
Pulau Lembeh Tercemar, Dugaan Pemotongan Kapal Ilegal Ancam Ekosistem dan Kesehatan Warga Bitung!
Berita ini 18 kali dibaca

Komentar ditutup.

Berita Terkait

Kamis, 27 November 2025 - 14:01

13 Kecamatan Deli Serdang Terendam, Pemkab Lakukan Evakuasi Massal

Kamis, 27 November 2025 - 12:06

Pemkab Deli Serdang Bergerak Cepat Tangani Banjir

Kamis, 27 November 2025 - 11:55

Keuangan Daerah Harus Tertib dan Transparan

Rabu, 26 November 2025 - 13:30

Pemkab Deli Serdang Terima Dua Kapal Rampasan Negara

Rabu, 26 November 2025 - 13:04

PTUN Medan Tolak Gugatan Eks Kades Paluh Kurau

Rabu, 26 November 2025 - 12:47

APBD 2026 Deli Serdang Tegaskan Keberpihakan pada Rakyat

Rabu, 26 November 2025 - 08:04

Menuju Industri Modern: Seminar Internasional Kupas Strategi Pembangunan Kawasan Industri Sumatera Utara

Rabu, 26 November 2025 - 02:05

Bupati: Guru Adalah Sosok yang Membawa Anak Keluar dari Gelap Gulita

Berita Terbaru

Pemerintahan dan Berita Daerah

13 Kecamatan Deli Serdang Terendam, Pemkab Lakukan Evakuasi Massal

Kamis, 27 Nov 2025 - 14:01

Pemerintahan dan Berita Daerah

Pemkab Deli Serdang Bergerak Cepat Tangani Banjir

Kamis, 27 Nov 2025 - 12:06

Pemerintahan dan Berita Daerah

Keuangan Daerah Harus Tertib dan Transparan

Kamis, 27 Nov 2025 - 11:55