Nuangan, Sulut|Tribuneindonesia. com
Gelaran Maulid Akbar dan Haul ke-19 yang digelar Majelis Zikir Ittihadul Ummat Muhammad SAW di Nuangan bertransformasi menjadi ruang strategis bagi upaya nasional pencegahan paham radikal. Minggu (5/10/25)
Momentum spiritualitas tinggi ini dimanfaatkan untuk membangun ketahanan ideologi masyarakat, dengan melibatkan sinergi langsung antara tokoh agama dan aparat keamanan.
Diketahui, ribuan jamaah memadati acara tersebut, tak hanya berasal dari kawasan Bolmong Raya.
Antusiasme terpancar dari hadirnya peserta dari berbagai provinsi seperti Sulawesi Tengah, Kendari, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo.
Kehadiran mereka menunjukkan besarnya pengaruh majelis ini di kawasan Indonesia Timur.
Sementara itu, puncak dari kolaborasi ini ditandai dengan kehadiran Kasubnit Idensos/Pencegahan Densus 88 AT POLRI, Kompol Irfan Umar.
Dalam kapasitasnya, Irfan Umar memaparkan strategi pre-emptive dalam menangkal ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme (IRET) yang menggerus persatuan bangsa.
Di hadapan lautan jamaah, Kompol Irfan Umar menegaskan bahwa keamanan nasional bukanlah tanggung jawab aparat semata.
“Sinergi seluruh elemen bangsa, dengan peran sentral tokoh agama, merupakan kunci utama memutus mata rantai penyebaran paham-paham yang merusak sendi-sendi kebangsaan kita,”
serunya.
Pesan dari institusi penegak hukum itu langsung mendapat resonansi kuat dari pengasuh majelis, Habib Umar bin Assegaf.
Sang Habib, dengan kharismanya, lantas mengukuhkan seruan tersebut menjadi sebuah gerakan moral bagi para pengikutnya.
Tak hanya itu, dirinya menyerukan setiap jamaah untuk menjadi agen perdamaian di tengah lingkungan masing-masing.
Kolaborasi simbolis antara Densus 88 dan ulama kharismatik ini bukanlah sebuah pertemuan yang kebetulan.
Inisiatif ini menunjukkan pendekatan baru yang lebih holistik, dimana pendekatan keamanan (security approach) diperkuat dengan pendekatan kultural-religius (cultural-religious approach) untuk hasil yang lebih berkelanjutan.
Dukungan dari establishment lokal juga terlihat dengan kehadiran sejumlah tokoh kunci, termasuk Habib Muhammad bin Taufik Abdul Qodir Assegaf, Habib Ahmad bin Nuh Al Hadad dari Pasuruan, serta Wakil Walikota Boltim, Wakil Walikota Kotamobagu, dan Sekretaris Dewan Boltim, Husain Syawie, SE, MSA.
Kehadiran mereka mempertegas bahwa upaya deradikalisasi adalah tanggung jawab bersama.
Model sinergi yang terlihat di Nuangan ini diharapkan dapat menjadi preseden bagi daerah lain.
Integrasi antara pesan-pesan kebangsaan, kewaspadaan dini, dan otoritas keagamaan dalam event massif seperti ini dinilai sebagai formula ampuh untuk memperkuat imunitas masyarakat terhadap ancaman paham radikal. (Kiti)














