Sanur | TribuneIndonesia.com
Mengusung tema ” Heritage” Ubud Food Festival (UFF) ke -10 kembali digelar yang akan berlangsung pada 30 Mei hingga 1 Juni 2025.
Selama tiga hari penyelenggaraan, Festival yang menyajikan Kuliner Nusantara ini menghadirkan berbagai acara spesial, demo memasak, tur kuliner, diskusi, lokakarya, pertunjukan seni, pemutaran film, dan banyak lagi.
Dalam Press Conferance, di Ortotel Sanur pada jumat (16/5/2025), Festival Manager UFF, Dwi Ermayanthi, mengungkapkan, Ubud Food Festival akan menghadirkan ragam makanan dan bazaar yang berlokasi di Jalan Raya Sanggingan.
“Kami ingin memberi ruang seluas-luasnya bagi para talenta Bali untuk berani tampil, berkreasi, dan menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing di level yang sama dengan pelaku industri dari luar. Ubud Food Festival menjadi ruang untuk tampil dan memperkenalkan apa yang ia kerjakan. Inilah semangat yang ingin kami bawa, merayakan potensi lokal.” ungkap Ermayanthi yang didampingi tiga tokoh Kuliner yakni Made Masak, Gusde Sidhi dan Bili Wirawan.
Berkaca dari Festival sebelumnya yang mencetak rekor pengunjung sebanyak 15 ribu untuk tahun ini, Ermayanthi menargetkan 16 ribu pengunjung.
“Pada tahun 2024, Festival ini mencetak rekor baru dengan lebih dari 15 ribu pengunjung dari target kami yang hanya 5 ribu pengunjung, makanya untuk tahun ini kami targetkan 16 ribu pengunjung, ” imbuh Ermayanthi.
Sebanyak 150 tokoh terkemuka di industri kuliner dari berbagai penjuru Indonesia berkumpul dalam program yang dinamis, menjadikannya festival paling berkesan hingga saat ini.
Kemeriahan festival ini semakin lengkap dengan kehadiran pasar terbuka gratis yang menampilkan lebih dari 70 stand dari pengrajin kuliner, menawarkan ribuan pilihan jajanan kaki lima Indonesia. Namun, lebih dari sekadar kuliner, festival ini juga akan menyoroti talenta-talenta lokal Bali dan melibatkan para sommelier, barista, chef, hingga mixologist.
Chef lokal Bali, Made Masak, yang dikenal dengan keahliannya dalam mencari bahan-bahan liar, akan mengajak pengunjung mengikuti food tour spesial di Festival.
“Makanan ini di luar makanan pokok. kebutuhan dasar dari makanan ini berasal dari tumbuhan liar yang mudah di dapat di “tebe” (Kebun), Saya yakin semua tahu tanaman di tebe tapi tidak akan pernah tahu jika tanaman itu bisa dijadikan bahan masakan. Contoh tanaman kelor, padahal gampang didapat tapi tidak menjadi konsumsi sehari hari bahkan tidak di jual dimana mana,”ucap Made Masak, chef foraging asal Tabanan, Bali.
Mixologist Bili Wirawan, ahli koktail Indonesia, akan menunjukkan cara mengkreasi koktail yang sustainable dengan menggunakan bahan lokal.
“Disini saya selalu fokus menggunakan bahan-bahan lokal untuk pengolahan semua minuman. Saya ingin membangkitkan kembali produk lokal seperti buah cipukan , di Bali tumbuh dimana mana tapi tidak ada yang peduli yang sebetulnya bisa dimakan. Kenapa kita orang bali baru tau itu bisa di konsumsi. Itu yang akan saya sampaikan di Masterclass, yakni memperlihatkan banyak buah lokal, yang bisa diolah dan menghasilkan sesuatu yang bernilai, “kata Bili Wirawan.
Gusde Sidhi, Ilustrator Bali dan pencipta identitas visual akan menampilkan pameran gratis “Base Genep” (Bumbu lengkap) yang menampilkan campuran rempah ikonik Bali, dan menyoroti kedaulatan pangan, warisan budaya, bahan lokal, rasa, serta identitas.
” Saya kecilnya ingin jadi astronot, tapi karena di keluarga selalu cerita soal makanan jadi tertarik ingin membuat sesuatu dari bumbu lokal Bali, ” Jelas Gusde Sidhi.
Dengan misi mengangkat makanan dan budaya Indonesia ke kancah dunia, Festival ini kembali menyambut para pecinta kuliner untuk menjelajahi kekayaan masakan daerah melalui demo memasak, obrolan kuliner, live performance, pop-up dining, lokakarya, dan food tour ke destinasi tersembunyi di Ubud serta mempromosikan kuliner Bali.( Van).