Deli Serdang | Tribuneindonesia.com
Senin kelam, 26 Mei 2025. Hari yang seharusnya menjadi hari belajar bagi para pelajar Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah, berubah menjadi panggung ketegangan dan kekhawatiran. Aksi demonstrasi yang digelar oleh Al Washliyah di depan Kantor Bupati Deli Serdang menyeret anak-anak ke dalam pusaran konflik dewasa, menjadikan mereka tameng hidup dalam pertarungan kepentingan yang membara!
Sorotan tajam datang dari berbagai penjuru negeri. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi alias Kak Seto, mengecam keras tindakan ini.
“Dalam UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, tegas disebutkan bahwa anak-anak dilarang terlibat dalam unjuk rasa. Ini jelas pelanggaran serius dan berpotensi menjadi bentuk eksploitasi anak,” ujar Kak Seto dengan nada prihatin melalui sambungan WhatsApp pribadinya. “Walaupun mereka terdampak langsung, itu tidak bisa jadi pembenaran. Anak-anak tidak boleh jadi korban konflik orang dewasa,” tegasnya lagi.
Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Deli Serdang, Junaidi Malik, ikut menyampaikan pernyataan pedas:
“Kami sangat menyesalkan keterlibatan anak-anak berseragam dalam aksi demo tersebut. Hak pendidikan mereka telah dirampas hari itu! Mereka seharusnya berada di kelas, bukan di barisan massa!” “Jangan korbankan anak-anak untuk urusan politik atau sengketa lahan. Itu keji!” lanjutnya lewat pesan singkat.
Suasana semakin tegang saat sejumlah tokoh masyarakat dan pemuda Deli Serdang berkumpul membahas insiden ini di Kopi Siang Malam, Lubuk Pakam. Di antara mereka hadir H. Sugeng Sugiharto, Herman Nauli Nasution, SH, Edi Hartono (Edi Kulkas), Iwan Nugroho, dan Ferdinan Purba, SH.
Dengan nada penuh kecaman, mereka menyuarakan kegeraman:
“Ini sudah melampaui batas! Anak-anak bukan alat perjuangan! Mereka bukan pion politik! Ini eksploitasi terang-terangan yang tidak bisa ditoleransi!” “Seharusnya mereka berada di sekolah, bukan berbaris dalam teriakan massa! Jangan liburkan mereka demi kepentingan organisasi!”
Meski akhirnya Bupati dr. H. Asri Ludin Tambunan dan Wakil Bupati Lom Lom Suwondo menerima perwakilan Al Washliyah untuk berdialog, belum ada solusi konkrit yang ditemukan. Konflik masih membara di balik senyum diplomasi.
Namun, satu hal yang pasti: Aksi ini telah meninggalkan luka dalam — tidak hanya pada sistem pendidikan, tapi juga pada jiwa-jiwa muda yang dipaksa dewasa terlalu dini.
Ilham Tiruneindonesia.com