Opini: “Ogoh Olok atau Olok Ogoh?”

- Editor

Minggu, 20 Juli 2025 - 04:01

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Chaidir Toweren

TribuneIndonesia.com

Dalam masyarakat Gayo dan sekitarnya, istilah “ogoh olok” atau “olok ogoh” kerap muncul dalam obrolan sehari-hari. Meski terdengar sepele, ungkapan ini menyimpan makna tajam yang layak dikupas. Jika diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia, frasa ini berarti “bodoh sekali” atau “sekali bodoh”. Tapi apakah keduanya sama?

Ternyata tidak. Ada garis tipis namun penting yang membedakan keduanya, bukan hanya dalam kata, tapi juga dalam cara kita menilai kesalahan dan kemampuan berpikir.

Ogoh Olok (Bodoh Sekali): Ketika Kesalahan Diulang-ulang

“Ogoh olok” mengacu pada kebodohan yang keterlaluan. Bodoh yang bukan karena tak tahu, tapi karena menolak tahu. Ini bukan tentang kekurangan informasi, tapi tentang keras kepala, malas belajar, dan tak mau introspeksi.

Misalnya, seorang pejabat yang sudah diberi data dan masukan publik, namun tetap membuat kebijakan merugikan rakyat, itu bukan lagi salah langkah, itu ogoh olok. Atau seorang tokoh yang tahu fakta tapi sengaja menyebar hoaks demi kepentingan politik. Bodoh atau jahat? Mungkin keduanya.

Ciri-ciri “ogoh olok”:

  • Sudah tahu tapi pura-pura tak tahu.
  • Sudah diingatkan tapi mengulangi kesalahan yang sama.
  • Merasa paling benar padahal nyata-nyata salah.

Kebodohan seperti ini tak bisa dimaafkan begitu saja karena bukan hasil keterbatasan, tapi hasil pilihan.

Olok Ogoh (Sekali Bodoh): Titik Awal yang Masih Bisa Diperbaiki

Sementara “olok ogoh” bisa diartikan sebagai kebodohan yang terjadi satu kali. Ini adalah bentuk kebodohan manusiawi, karena kurang pengalaman, belum cukup belajar, atau salah mengambil keputusan.

Baca Juga:  Langkah Evaluatif BKPP Bener Meriah: Membuka Jalan bagi Birokrasi yang Lebih Profesional dan Berkeadilan

Semua orang pernah “olok ogoh”. Guru pernah salah mengajar. Wartawan bisa salah kutip. Pemimpin bisa salah strategi. Tapi justru dari “olok ogoh” inilah orang belajar dan tumbuh. Kesalahan sekali itu bukan kehinaan, asal tidak diulang.

Ciri-ciri “olok ogoh”:

  • Terjadi karena belum paham, bukan karena enggan tahu.
  • Disertai kesadaran untuk memperbaiki.
  • Ada kemauan belajar dari pengalaman.

Dengan kata lain, “olok ogoh” adalah kebodohan yang bisa dimaklumi, selama kita tidak nyaman hidup di dalamnya.

Pilih Mana: Bodoh Sekali, atau Sekali Bodoh?

Kita semua pernah “sekali bodoh”. Tapi apakah kita tetap di sana dan menjadi “bodoh sekali”? Itu yang membedakan orang yang bertumbuh dengan mereka yang terjebak dalam lingkaran kebodohan.

Kesalahan bukan akhir, tapi justru awal dari perbaikan, jika kita mau belajar, mendengar, dan berubah. Tapi jika terus mencari pembenaran, menolak koreksi, dan menyalahkan orang lain, maka itulah “ogoh olok” yang sesungguhnya.

Dalam hidup ini, tidak salah menjadi “sekali bodoh”. Tapi amat disayangkan jika kita berubah menjadi “bodoh sekali” karena enggan belajar. Maka bijaklah menghadapi kesalahan: akui, perbaiki, dan jangan ulangi.

Karena yang membedakan orang cerdas dan ogoh, bukan gelar atau jabatan, tapi kemauan untuk berubah.

Berita Terkait

Kuat di Iman, Tegar di Tugas: Kunci Sukses Kadiv Humas Polri Irjen Pol Sandi Nugroho Bangun Humas Humanis dan Berjiwa Rohani
FEIBC Merayakan Kehangatan Keluarga dan Semangat Bangsa dalam Gathering Oktober 2025: Feiby Josefina Pimpin Semangat ‘Fun, Elegant, Inspiring’
Menanti KPK Membasmi Agen Izin Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah
Asal Jadi! Revitalisasi SDN Cikayas 3 Digeruduk Sorotan — Pengawasan Lemah, Kualitas Diragukan, Kepala Sekolah Bungkam
Bagaimana Aku Takut pada Kemiskinan, Sedang Aku Hamba dari Dia yang Maha Kaya
Peran ibu bupati aceh timur di garis depan melawan stanting melalui Edukasi Perilaku Higienis dan racun lingkungan
Jebakan Komunitas “Iming-Iming Impian”: Cuci Otak Berkedok Peluang, Janjikan Mobil hingga Rumah Miliaran
“Jaksa Tidur, Koruptor Tertawa: Publik Desak Jaksa Agung Bongkar Kebekuan Hukum di Daerah”
Berita ini 71 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 3 November 2025 - 10:52

Juara Tingkat Kabupaten, Desa Tumpatan Melaju ke Tingkat Provinsi

Senin, 3 November 2025 - 10:49

Desa Timbang Deli Wakili Deli Serdang di Lomba Program Pokok PKK Kategori PHBS

Minggu, 2 November 2025 - 15:33

Budaya Aceh Bergema: Grup Rapai Lonceng Aceh Pukau Warga di Maulid Gampong Lhee Meunasah

Minggu, 2 November 2025 - 13:27

Bidan Farida : Tidak Ada Pungli Dalam UPKP Kabupaten Deli Serdang Tahun 2025

Sabtu, 1 November 2025 - 08:07

352 Atlet Ikuti Porcam Patumbak ke-1

Sabtu, 1 November 2025 - 07:25

4 Pelaksana Pekerjaan Pelayanan Kesehatan TA.2024 masih ada yang belum menyelesaikan Temuan BPK-RI Perwakilan Aceh.

Sabtu, 1 November 2025 - 06:47

Pelantikan Dewan Hakim MTQ Provinsi Aceh ke-37 Resmi Digelar di Kabupaten Pidie Jaya

Jumat, 31 Oktober 2025 - 15:47

71 ASN Lulus Ujian Dinas & Penyesuaian Kenaikan Pangkat

Berita Terbaru

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x