Kemandirian Petani Sawit Aceh Timur Tumbuh Lewat Peremajaan Sawit Rakyat

- Editor

Minggu, 5 Oktober 2025 - 05:36

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Caption : Ilustrasi petani sawit sedang memanen sawit tandan besar

Caption : Ilustrasi petani sawit sedang memanen sawit tandan besar

Oleh : Capung Vanade

TRIBUNEIndonesia.com

Aceh Timur sejak lama dikenal sebagai salah satu lumbung sawit rakyat di Aceh. Ribuan hektare perkebunan sawit menjadi tumpuan hidup masyarakat, dari membeli beras, menyekolahkan anak, hingga membiayai kebutuhan sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak kebun sawit rakyat yang kini memasuki usia tua, tak lagi produktif, dan hasil panennya terus menurun. Kondisi ini membuat petani sawit Aceh Timur sempat berada di titik keprihatinan, menghadapi kenyataan bahwa usaha yang selama ini menjadi sandaran keluarga, tidak lagi menjanjikan.

Dalam situasi itulah, Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) hadir sebagai angin segar. Pemerintah, melalui BPDPKS dan didukung kelembagaan kelompok tani, memberikan bantuan dana untuk mengganti tanaman sawit tua dengan bibit unggul bersertifikat. Lebih dari sekadar mengganti tanaman, program ini memberi harapan baru bahwa petani sawit Aceh Timur bisa bangkit, bertransformasi, dan menjadi petani mandiri.

Bagi petani, PSR adalah momentum penting. Pertama, karena petani tidak lagi dibiarkan sendirian dalam menghadapi persoalan modal. Selama ini, banyak petani tidak mampu melakukan replanting karena biaya yang besar. Kini, dengan dukungan PSR, beban itu berkurang dan petani bisa menata ulang kebunnya secara lebih modern.

Kedua, PSR membuka jalan bagi penguatan kelembagaan. Petani di Aceh Timur mulai membentuk dan memperkuat koperasi serta kelompok tani. Dari wadah inilah kemandirian kolektif tumbuh. Mereka belajar bagaimana mengelola dana bantuan, mengatur bibit, pupuk, hingga membangun jaringan dengan perbankan dan perusahaan. Kemandirian ini yang nantinya akan mengangkat posisi tawar petani di hadapan pasar dan pabrik kelapa sawit.

Baca Juga:  Opini: 100 Hari Bupati Tagore, Publik Berhak Bertanya

Ketiga, PSR mendorong perubahan pola pikir. Petani kini tidak hanya fokus menanam dan menunggu panen, tetapi juga memahami pentingnya praktik budidaya berkelanjutan. Pelatihan teknis yang menyertai program membuat petani lebih sadar akan kualitas bibit, cara merawat tanaman, dan menjaga kelestarian lingkungan.

Namun, jalan menuju kebangkitan tentu tidak tanpa hambatan. Alhamdulillah banyak petani berterimakasih kepada dinas terkait di Aceh Timur yang siap sedia selalu berjibaku membantu petani di Aceh Timur dalam penadministrasian untuk program tersebut. Yang menjadi keluhan, keterlambatan pencairan dana, hingga kendala teknis di lapangan. Akan tetapi, jika semua pihak pemerintah daerah, dinas terkait, kelompok tani, dan petani itu sendiri, bisa duduk bersama menyelesaikan persoalan, maka hambatan itu justru menjadi pelajaran berharga untuk memperbaiki jalannya program di masa mendatang.

Hari ini, petani sawit Aceh Timur berada di persimpangan. Mereka bisa tetap berjalan dengan kebun tua yang hasilnya kian menyusut, atau memilih untuk berani berubah melalui PSR. Tanda-tanda kebangkitan sudah terlihat: kebun-kebun baru mulai tumbuh, semangat kolektif semakin kuat, dan kepercayaan diri petani perlahan kembali pulih.

PSR bukan hanya program teknis peremajaan tanaman, tetapi juga simbol harapan. Harapan bahwa petani sawit Aceh Timur bisa bangkit, mandiri, dan menjadi motor penggerak ekonomi daerah. Bila konsistensi program ini terjaga, maka dalam beberapa tahun ke depan kita akan menyaksikan wajah baru Aceh Timur: daerah yang tidak hanya bertahan dari sawit, tetapi juga sejahtera karenanya.

Berita Terkait

FEIBC Merayakan Kehangatan Keluarga dan Semangat Bangsa dalam Gathering Oktober 2025: Feiby Josefina Pimpin Semangat ‘Fun, Elegant, Inspiring’
Menanti KPK Membasmi Agen Izin Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah
Asal Jadi! Revitalisasi SDN Cikayas 3 Digeruduk Sorotan — Pengawasan Lemah, Kualitas Diragukan, Kepala Sekolah Bungkam
Bagaimana Aku Takut pada Kemiskinan, Sedang Aku Hamba dari Dia yang Maha Kaya
Peran ibu bupati aceh timur di garis depan melawan stanting melalui Edukasi Perilaku Higienis dan racun lingkungan
Jebakan Komunitas “Iming-Iming Impian”: Cuci Otak Berkedok Peluang, Janjikan Mobil hingga Rumah Miliaran
“Jaksa Tidur, Koruptor Tertawa: Publik Desak Jaksa Agung Bongkar Kebekuan Hukum di Daerah”
Ketika Disiplin Dianggap Kekerasan: Dunia Pendidikan yang Kian Retak
Berita ini 20 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 30 Oktober 2025 - 14:54

Sinergi Damai di Kota Pelabuhan, Bitung Siapkan Perayaan Lintas Agama Desember 2025

Kamis, 30 Oktober 2025 - 14:18

Siantar Darurat Narkoba: Ratusan Pengedar Ditangkap Tapi Siapa Dalang di Baliknya ?

Kamis, 30 Oktober 2025 - 09:33

Desain Siap Bangun Pemko Medan: Terobosan Inovatif atau Sekedar Prototipe di Sistem ?

Kamis, 30 Oktober 2025 - 06:06

​Perkuat Citra “Polisi Humanis”, Polres Bitung Sumbang Darah di Momen Hari Jadi Humas Polri

Kamis, 30 Oktober 2025 - 01:22

Gratis di Atas KTP tapi Mahal di Lapangan: Menelisik Ketimpangan Pelayanan Kesehatan Warga Sumut

Rabu, 29 Oktober 2025 - 23:12

Sinergi Diskominfo dan PWI Siantar Jadikan UKW Barometer Kompetensi Wartawan

Rabu, 29 Oktober 2025 - 21:45

Gang Sempit, Akses Terbatas & Satu Nyawa Melayang: Potret Resiko Permukiman Padat di Gang Sempit

Rabu, 29 Oktober 2025 - 20:02

Mimpi di Tengah Ketimpangan: Asa Atlet Putri Sumut untuk Sepak Bola Lebih Adil

Berita Terbaru

Pemerintahan dan Berita Daerah

Potensial Jadi Kabupaten Terdepan, Pembangunan Tahun 2026 Dilakukan Lebih Awal

Kamis, 30 Okt 2025 - 14:07

Pemerintahan dan Berita Daerah

Lestarikan Kebudayaan, Pemkab Deli Serdang Adakan Pagelaran Budaya & Lomba Tari

Kamis, 30 Okt 2025 - 14:02

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x