Caption : Ilustrasi, siapakah calon pemimpin PSI
Jakarta | TribuneIndonesia.com
Gonjang-ganjing pemilihan ketua umum baru Partai Solidaritas Indonesia (PSI) makin ramai diperbincangkan publik. Isu mencuat setelah beredar kabar bahwa mantan Presiden RI dua periode, Joko Widodo, masuk dalam bursa calon ketua umum partai yang dikenal dengan lambang bunga mawar merah tersebut.
Meski belum ada konfirmasi resmi dari pihak Jokowi maupun elite PSI, spekulasi ini telah mengisi ruang-ruang diskusi politik di media sosial dan kalangan pengamat. Jika benar Jokowi terlibat, hal ini akan menjadi manuver politik besar dan berpotensi mengubah peta kekuatan partai politik nasional, khususnya jelang Pemilu 2029.
PSI dan Tantangan Konsolidasi Daerah
Namun di balik dinamika pusat, kondisi PSI di tingkat daerah justru menunjukkan sisi lain yang kontras. Struktur organisasi yang tidak tertata rapi di sejumlah wilayah menjadi sorotan tersendiri, terutama menjelang regenerasi kepemimpinan partai.
Seorang mantan pengurus PSI Aceh yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan bahwa sejak PSI ikut serta dalam pemilu, belum ada perkembangan signifikan di daerahnya.
“Jangankan mengirimkan wakil ke parlemen, tingkat kepengurusannya saja kocar-kacir,” ujarnya.
Hal ini menjadi sesuatu yang harus menjadi perhatian siapapun yang menakhodai PSI nantinya.Karena minim kaderisasi, lemahnya struktur internal, serta kurangnya aktivitas politik di akar rumput menjadikan stagnannya PSI di Aceh.
Ketum Baru, Struktur Baru
Pemilihan ketua umum PSI ke depan tidak sekadar soal figur di pusat. Banyak pihak berharap pergantian ini menjadi momentum evaluasi menyeluruh, termasuk penataan ulang kepengurusan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
Pengamat politik menilai, PSI perlu memanfaatkan momen ini untuk mengokohkan fondasi organisasinya. Tanpa struktur yang kuat di daerah, partai ini akan kesulitan memperluas basis suara dan hanya mengandalkan citra di media sosial.
Antara Peluang dan Tantangan
Jika benar Jokowi akan mengambil peran dalam PSI, langkah itu bisa memberikan efek elektoral positif. Pengaruh politik dan kredibilitasnya dapat menjadi magnet kuat, terutama di kalangan pemilih muda yang selama ini menjadi target utama PSI.
Namun, semua itu tidak akan berarti jika internal partai tetap rapuh. Pembenahan struktur daerah, kaderisasi yang terencana, serta konsistensi dalam menyuarakan nilai-nilai politik bersih dan progresif akan menjadi penentu keberlanjutan PSI ke depan.
Editor : Chaidir Toweren
Sumber: Wawancara langsung, sumber internal, dan pengamatan lapangan.















