Oleh : Ilham Gondrong
TribuneIndonesia..com
Fenomena komunitas “iming-iming impian” kian meresahkan. Dengan dalih menawarkan peluang bisnis menjanjikan, kelompok ini diduga menjalankan praktik penipuan sistematis yang memanfaatkan psikologis calon korban melalui janji palsu, motivasi manipulatif, dan cuci otak berkedok agama.
Para pelaku dalam komunitas ini memposisikan diri sebagai motivator atau mentor sukses. Mereka pandai merangkai kata-kata manis tentang “kesempatan emas” yang diklaim mampu mengubah nasib dalam waktu singkat. Calon korban digiring untuk percaya bahwa mereka akan memperoleh kendaraan, rumah mewah, hingga kesempatan jalan-jalan ke luar negeri hanya dengan mengikuti program yang ditawarkan.
Namun di balik itu, tersimpan jebakan keji yang menjerat banyak orang.
Janji Palsu dan Cuci Otak Sistematis
Begitu calon korban masuk dalam lingkaran komunitas ini, mereka segera disuguhi motivasi dan pelatihan yang disebut sebagai “pencerahan diri” atau “strategi kesuksesan”. Padahal, kegiatan tersebut hanyalah cara untuk mencuci pikiran korban agar semakin loyal dan mau menuruti semua perintah.
Korban diarahkan untuk menyetor sejumlah uang dengan alasan investasi awal atau “biaya paket keanggotaan”. Mereka dijanjikan akan memperoleh barang-barang dengan nilai tak masuk akal — mulai dari produk kecantikan, herbal, hingga peralatan rumah tangga — yang disebut-sebut sebagai “alat menuju kesuksesan”.
Lebih parah lagi, korban diminta untuk merekrut orang lain agar bisa mendapatkan imbalan yang dijanjikan. Semakin banyak korban baru yang bergabung, semakin besar pula potensi keuntungan yang diiming-imingkan. Sistem ini mirip dengan skema piramida atau money game yang sudah lama dilarang di Indonesia.
Janji Fantastis: Dari Motor, Mobil, Hingga Rumah Miliaran
Salah satu strategi klasik yang digunakan komunitas ini adalah menjanjikan hadiah-hadiah besar bagi para anggota aktif. “Dalam beberapa minggu, kamu bisa dapat motor, mobil, bahkan rumah miliaran,” begitu kira-kira bujuk rayu para perekrut.
Mereka juga kerap memamerkan foto-foto perjalanan ke luar negeri, kendaraan baru, dan gaya hidup mewah yang seolah menjadi bukti nyata keberhasilan anggota. Padahal, semua itu hanyalah alat propaganda untuk menarik minat korban baru.
“Awalnya mereka bilang hanya ikut program motivasi bisnis. Tapi belakangan disuruh setor uang dan cari anggota baru,” ungkap salah satu mantan korban yang enggan disebut namanya. “Kalau kita mulai curiga, mereka bilang kita kurang iman atau tidak percaya rezeki dari Tuhan.”
Berkedok Agama, Korban Semakin Tertipu
Yang lebih miris, para pelaku tak segan-segan menggunakan dalil agama untuk meyakinkan calon korban. Mereka mengaitkan program komunitas dengan ajaran spiritual, seolah-olah kesuksesan duniawi adalah bagian dari jalan ibadah.
“Mereka sering berkata, rezeki datang lewat keyakinan dan sedekah kepada komunitas. Padahal yang mereka maksud sedekah itu ya uang setoran dari korban,” kata sumber lain.
Modus ini membuat banyak orang menjadi lebih mudah terperdaya, terutama mereka yang memiliki keinginan kuat untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Setelah menyadari bahwa janji-janji itu palsu, korban biasanya sudah kehilangan banyak uang dan kepercayaan diri.
Berganti Wajah, Berganti Nama
Menariknya, ketika komunitas ini mulai dicurigai publik, para pelaku segera mengganti nama, logo, bahkan seragam mereka. Dengan cara itu, mereka kembali beroperasi seolah-olah merupakan perusahaan baru yang “valid” dan “legal”.
Korban pun sulit melacak keberadaan para pelaku. Beberapa di antaranya diketahui berpindah lokasi dan terus membentuk kelompok baru dengan konsep serupa.
“Mereka pintar main peran. Begitu sudah banyak korban, langsung ganti warna baju dan ganti nama komunitas,” ujar salah satu warga Batang Kuis yang pernah nyaris tertipu.
Waspada Skema Berkedok Motivasi
Fenomena komunitas “iming-iming impian” ini menjadi pelajaran berharga agar masyarakat lebih waspada terhadap segala bentuk tawaran bisnis instan yang menjanjikan kekayaan dalam waktu cepat. Apalagi jika dibungkus dengan kata-kata spiritual atau motivasi semu.
Pihak kepolisian dan instansi terkait diimbau untuk menelusuri keberadaan kelompok-kelompok seperti ini yang terus bermetamorfosis di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Deli Serdang dan sekitarnya.
Jangan mudah percaya pada janji manis tanpa bukti. Kesuksesan sejati tidak datang dari bujuk rayu atau ilusi kekayaan instan, melainkan dari kerja keras dan kejujuran.














