Fitnah dan Ketakutan: Ketika Politik Tak Siap Menerima Oposisi Non-Partai

- Editor

Kamis, 24 April 2025 - 10:14

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(Oleh: Puteri Utami, S.P., C.PW.)

Tribuneindonesia.com

Pilkada ulang Pangkalpinang kembali memanas, bukan karena adu visi-misi, tetapi oleh tudingan serius terhadap salah satu kelompok calon independen: Tim Merdeka, pendukung pasangan Eka Mulya Putra dan Radmida Dawam. Mereka dituduh menyalahgunakan data pribadi warga dalam proses pengumpulan dukungan. Tuduhan ini bukan saja berbahaya, tetapi juga mengkhawatirkan bagi masa depan demokrasi lokal.

Tim Merdeka telah memberikan bantahan keras, menyebut tudingan itu sebagai upaya delegitimasi dan penggiringan opini publik secara sepihak. Dan jika kita telisik lebih jauh, respons cepat dan detil dari Tim Merdeka mengindikasikan bahwa mereka tidak hanya siap menghadapi tuduhan tersebut, tapi juga mengungkap ketakutan nyata sebagian pihak terhadap keberadaan calon independen.

Inilah realitas politik kita hari ini: ketika seseorang di luar sistem partai mencoba masuk ke gelanggang demokrasi, mereka kerap disambut bukan dengan fair play, tetapi dengan tuduhan, framing, bahkan intimidasi. Lalu publik disuguhi narasi negatif yang membayangi setiap gerak calon independen, seolah-olah mereka adalah ancaman bagi tatanan.

Padahal, kehadiran calon independen justru merupakan esensi dari demokrasi itu sendiri: memberi ruang bagi rakyat untuk memilih alternatif, bukan hanya memilih dari apa yang ditawarkan partai politik. Sistem kotak kosong yang terjadi di Pilkada sebelumnya menunjukkan betapa demokrasi lokal bisa begitu kering akan pilihan. Maka, bukankah logis jika publik mulai merindukan adanya figur-figur baru yang muncul dari luar sistem?

Tudingan penyalahgunaan data oleh Tim Merdeka terasa janggal. Mengapa? Karena proses pengumpulan dukungan calon independen adalah tahapan resmi dan sangat ketat. Ada pengawasan langsung dari KPU dan Bawaslu. Bahkan, KTP dukungan yang diberikan warga harus diverifikasi faktual ke lapangan. Menyalahgunakan data dalam sistem seketat itu? Rasanya seperti menuduh seseorang menipu di tengah kerumunan CCTV.

Yang menarik, tudingan ini muncul setelah kegiatan sosial seperti bazar minyak goreng murah yang digelar Tim Merdeka mendapat atensi publik. Padahal, bantuan sosial dalam kontestasi politik bukan hal baru—bahkan partai politik besar pun kerap melakukannya. Perbedaannya, ketika itu dilakukan oleh pihak independen, narasinya langsung berubah menjadi “politik transaksional” atau “modus pencurian data”.

Baca Juga:  OPINI : Istilah Wartawan Karbitan, “Hindari”

Sarpin, Ketua Tim Merdeka, menyebut bahwa tidak ada kewajiban bagi warga yang menerima subsidi minyak untuk memberikan dukungan. Bahkan ada pengakuan warga yang ditawari uang untuk mencabut dukungan mereka terhadap pasangan independen. Jika benar, ini justru mengindikasikan adanya upaya sistematis untuk menjegal langkah mereka.

Pertanyaannya kemudian: siapa yang merasa terancam oleh keberadaan calon independen? Tentu saja pihak-pihak yang selama ini menikmati status quo politik. Calon independen kerap dianggap “liar”—tidak bisa dikendalikan oleh jaringan partai dan karenanya sulit diprediksi. Tapi dalam kerangka demokrasi, justru keberagaman pilihan itulah yang menjadi indikator sehat atau tidaknya sistem politik kita.

Kritik yang harus kita ajukan bukanlah kepada calon independen yang berani maju, tapi kepada sistem politik yang terlalu tertutup, terlalu eksklusif, dan sering kali alergi terhadap kekuatan alternatif. Kita tidak sedang bicara tentang siapa yang menang atau kalah dalam Pilkada. Kita bicara soal siapa yang berhak maju, siapa yang berhak dipilih, dan siapa yang berhak memilih.

Dalam konteks itu, kita seharusnya mendukung keterbukaan proses politik, termasuk memberi ruang yang setara bagi calon independen. Jika mereka bersalah, tentu ada mekanisme hukum yang bisa dijalankan. Tapi jika mereka difitnah, maka publik harus kritis terhadap motif di balik narasi yang disebar.

Demokrasi tidak boleh dimonopoli oleh elite. Demokrasi adalah hak rakyat. Ketika rakyat menyatakan dukungan kepada calon independen, itu adalah suara demokrasi yang paling murni. Maka, siapa pun yang berupaya meredamnya dengan fitnah dan delegitimasi sesungguhnya sedang merusak sendi demokrasi itu sendiri.

Dan akhirnya, seperti dikatakan Tim Merdeka: “Kami memang tak bersenjata penuh seperti partai. Tapi kami punya keberanian.” Mungkin, justru keberanian inilah yang kini membuat banyak pihak merasa gentar. (Redaksi)
————————————————————————————————–

Penulis : Puteri Utami, S.P., C.PW Alumni Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (UNSRI) Tahun 2023, saat ini menjadi Editor di Jejaring Media KBO Babel. Artikel/Opini dibuat berdasarkan pemberitaan dari media online Babel tertanggal 24 April 2025.

Saran & Masukan terkait dengan tulisan opini silahkan disampaikan ke nomor redaksi 0812-7814-265 atau 0821-1227-4004.#

Berita Terkait

Kuat di Iman, Tegar di Tugas: Kunci Sukses Kadiv Humas Polri Irjen Pol Sandi Nugroho Bangun Humas Humanis dan Berjiwa Rohani
FEIBC Merayakan Kehangatan Keluarga dan Semangat Bangsa dalam Gathering Oktober 2025: Feiby Josefina Pimpin Semangat ‘Fun, Elegant, Inspiring’
Menanti KPK Membasmi Agen Izin Peubloe (IUP) Nanggroe di Bumi Serambi Mekkah
Asal Jadi! Revitalisasi SDN Cikayas 3 Digeruduk Sorotan — Pengawasan Lemah, Kualitas Diragukan, Kepala Sekolah Bungkam
Bagaimana Aku Takut pada Kemiskinan, Sedang Aku Hamba dari Dia yang Maha Kaya
Peran ibu bupati aceh timur di garis depan melawan stanting melalui Edukasi Perilaku Higienis dan racun lingkungan
Jebakan Komunitas “Iming-Iming Impian”: Cuci Otak Berkedok Peluang, Janjikan Mobil hingga Rumah Miliaran
“Jaksa Tidur, Koruptor Tertawa: Publik Desak Jaksa Agung Bongkar Kebekuan Hukum di Daerah”
Berita ini 76 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 2 November 2025 - 10:33

Curi Kabel Tembaga di Underpass HM. Yamin, Dua Pelaku Ditangkap Polsek Medan Timur

Sabtu, 1 November 2025 - 08:19

Direksi PLN Bungkam Setelah Diduga EVP-nya Pertontonkan Tindak Kekerasan Bersenjata Tajam di Cinere

Kamis, 30 Oktober 2025 - 23:29

20 Kasus Terungkap, 25 Tersangka Dibekuk: Polsek Medan Tembung Hantam Kejahatan Tanpa Ampun

Senin, 27 Oktober 2025 - 23:53

Polda Sumut Ungkap 249 Kasus dan 226 Tersangka dalam Operasi Kancil Toba 2025

Minggu, 26 Oktober 2025 - 11:39

Tiga Remaja Bawa Sajam Diamankan Warga di Batang Kuis, Polisi Pastikan Bukan Pelaku Begal

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:33

Polres Subulussalam Selidiki Kasus Dugaan Perusakan Mobil di Desa Sikalondang

Rabu, 22 Oktober 2025 - 14:34

Rayap Besi Tumbang di Denai Pencuri Pagar Dihadiahi Tindakan Tegas Polisi

Senin, 20 Oktober 2025 - 14:28

“Lima Komplotan Curat di Pantai Labu Ditangkap, Motor Korban Dijual Murah ke Percut Sei Tuan”

Berita Terbaru

Pemerintahan dan Berita Daerah

Budaya Aceh Bergema: Grup Rapai Lonceng Aceh Pukau Warga di Maulid Gampong Lhee Meunasah

Minggu, 2 Nov 2025 - 15:33

Pemerintahan dan Berita Daerah

Bidan Farida : Tidak Ada Pungli Dalam UPKP Kabupaten Deli Serdang Tahun 2025

Minggu, 2 Nov 2025 - 13:27

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x