Banda Aceh | TribuneIndonesia.com
Kunjungan Gubernur Sumatra Utara, Bobby Nasution, ke Banda Aceh memicu spekulasi publik. Isu utama yang mencuat adalah dugaan adanya agenda tersembunyi terkait pengambilalihan empat pulau di Kabupaten Aceh Singkil yang kini masuk ke wilayah Sumatera Utara.
Hal ini diungkapkan Ketua Jaringan Wartawan Indonesia (JWI), Purnawirawan TNI Zulsayfri, melalui akun TikTok milik Ichwanul Ihsan. Ia menilai, kunjungan tersebut bukan sekadar silaturahmi, melainkan bagian dari langkah ambisius Bobby untuk menguasai wilayah strategis yang diyakini memiliki potensi ekonomi besar.
“Pengambilalihan ini bukan hanya soal batas wilayah, tapi menyangkut potensi keuntungan besar dari empat pulau yang selama ini secara administratif masuk Provinsi Aceh,” ujar Zulsayfri.
Empat pulau yang dimaksud adalah Pulau Panjang, Lipan, Mangkir Gadang, dan Mangkir Ketek. Keempatnya kini resmi tercatat sebagai bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 300.2.2-2138 Tahun 2025 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode serta Data Wilayah Administrasi Pemerintahan dan Pulau, yang ditetapkan pada 25 April 2025.
Zulsayfri menambahkan, potensi migas di wilayah tersebut sudah menjadi pembahasan lama. Bahkan, Bobby Nasution, bersama Bupati Tapanuli Tengah Masinton Pasaribu, telah menemui Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf, pada Rabu, 4 Juni 2025 lalu.
“Dalam pertemuan itu, Bobby menyampaikan keinginan untuk bekerja sama dalam pengelolaan sumber daya alam, termasuk minyak dan gas, jika memang ada potensinya di wilayah tersebut,” ungkap Zulsayfri.
Namun, respon dari pihak Aceh tampaknya tidak antusias. Menurut Zulsayfri, bagi masyarakat Aceh, persoalan ini menyangkut kedaulatan, harga diri, dan marwah. “Ini bukan soal kerja sama biasa, tapi soal identitas dan integritas wilayah Aceh,” tegasnya.
Ia menyebut, pernyataan Bobby yang dianggap sebagai klaim sepihak membuat Muzakkir Manaf memilih mengakhiri pertemuan lebih awal. “Muzakkir Manaf meninggalkan lokasi dengan senyum dalam yang penuh makna. Ia kemudian mempersilakan Bobby berdiskusi dengan stafnya,” ujar Zulsayfri.
Zulsayfri menegaskan bahwa masyarakat Aceh memiliki semangat juang tinggi dan tidak ingin tapal batas wilayahnya dipindah begitu saja. “Ini bisa memperkeruh suasana, mengingat Aceh belum sepenuhnya lepas dari bayang-bayang sejarah konflik. Isu ini bisa memicu instabilitas pemerintahan yang sedang berjalan,” tutupnya.