Bireuen/Tribuneindonesia.com
Bencana banjir yang melanda wilayah Kabupaten Bireuen beberapa waktu lalu meninggalkan dampak serius bagi dunia pendidikan. SMKN 1 Peusangan dipastikan mengalami kerugian material lebih dari Rp10 miliar, setelah hampir seluruh fasilitas sekolah rusak parah dan tidak dapat digunakan akibat terjangan air dan lumpur tebal.

Hingga Senin (22/12/2025), aktivitas sekolah masih lumpuh total. Lingkungan sekolah belum dapat dibersihkan karena endapan lumpur yang sangat tebal, sehingga proses belajar-mengajar terpaksa dihentikan sementara. Kondisi ini membuat pihak sekolah harus memulai kembali dari nol.
Kepala SMKN 1 Peusangan, Joko Triyanto, mengungkapkan bahwa pihak sekolah menghadapi kesulitan besar dalam upaya pembersihan secara mandiri. Menurutnya, lumpur yang menutupi area sekolah tidak mungkin ditangani dengan cara manual.
“Kami sudah sangat kelelahan. Lumpur setebal ini tidak mungkin diselesaikan tanpa bantuan alat berat. Namun keterbatasan anggaran membuat kami kewalahan,” ujar Joko.
Saat ini, pihak sekolah hanya bisa menunggu kepastian dan perhatian dari Pemerintah Provinsi Aceh untuk membantu proses pemulihan pascabencana. Bantuan tersebut sangat dibutuhkan agar SMKN 1 Peusangan dapat segera kembali beroperasi dan para siswa tidak terlalu lama kehilangan hak belajar mereka.
“Kami sangat berharap ada langkah cepat dari pemerintah. Anak-anak kami adalah masa depan, jangan biarkan mereka terlalu lama terhenti pendidikannya,” tuturnya dengan nada harap.
Ia juga berharap program Sekolah Merdeka benar-benar hadir dalam kondisi darurat seperti ini, bukan hanya sebagai konsep, tetapi sebagai solusi nyata bagi sekolah yang tertimpa musibah.
“Bencana boleh meruntuhkan bangunan, tetapi jangan sampai meruntuhkan semangat untuk bangkit dan belajar.”
Pihak sekolah berharap uluran tangan berbagai pihak agar proses pemulihan dapat segera dilakukan demi keberlangsungan pendidikan di SMKN 1 Peusangan.
















