BIREUEN/Tribuneindonesia.com
Janji hanyalah janji. Proyek jembatan bailey di jalur alternatif Medan-Banda Aceh yang menghubungkan Bireuen dan Lhokseumawe dinilai lamban.
Bahkan masyarakat kini mulai mengkritik dan menuding, kalau kontraktor proyek jembatan bailey di jalur alternatif Desa Teupin Reudeup-Awe Geutah, Bireuen, tersebut telah menipu masyarakat.
“Empat hari lalu katanya jembatan bailey di jalan alternatif itu sudah bisa dilintasi kendaraan, tapi sampai sekarang belum bisa dilewati, ada apa, kontraktor jangan tipu rakyat,” cetus Nazarudin, warga Lhokseumawe, Selasa (16/12/2025) dengan nada kesal.
Ia mengaku dari Lhokseumawe ingin bepergian ke Banda Aceh, untuk menemui keluarganya lewat jalur alternatif tersebut, tapi saat tiba di jembatan bailey tersebut terpaksa balik lagi ke Lhokseumawe.
Hal senada juga dikatakan sejumlah pengendaraan kendaraan yang melintas dari arah Banda Aceh ke Medan. “Saya lihat di media sosial, informasinya jembatan bailey itu bisa dilewati sejak 12 Desember kemarin, tapi sampai hari ini belum bisa dilintasi mobil maupun sepeda motor,” keluh Ismadi, warga Banda Aceh.
Kritikan serupa juga dilontarkan sejumlah supir truk, bus dan supir mobil penumpang umum trayek Medan-Banda Aceh.
“Anehnya jembatan bailey di Juli Teupin Mane, lintas Bireuen-Takengon sudah bisa dilewati mobil, padahal duluan dibangun di jalur alternatif Medan-Banda Aceh ini,” sesalnya.
Informasi yang diperoleh wartawan dari berbagai sumber menyebutkan, jembatan bailey di jalur alternatif itu diduga dikerjakan oleh perusahaan milik Bupati Bupati Bireuen.
“Kami lihat Bupati Bireuen Mukhlis yang juga seorang kontraktor itu, siang malam mengawasi proyek pekerjaan jembatan bailey Teupin Reudeup-Awe Geutah, tapi belum rampung juga, seolah-olah dimata masyarakat, Mukhlis berjibaku dalam hal menuntaskan jembatan tersebut ingin membantu rakyat, padahal itu diduga proyek dia, seharusnya mengutamakan tugasnya sebagai bupati pasca bencana dan jangan menjadi kontraktor lagi, ini patut dipertanyakan kredibelitasnya, seharusnya proyek itu bisa dikerjakan bersama-sama dengan kontraktor lainnya, jangan dimonopoli oleh satu perusahaan,” tanya supir lainya.
Selain itu, akibat belum rampungnya jembatan bailey tersebut, untuk bepergian, masyarakat masih harus mengarungi sungai dengan boat ketek dengan membayar harga yang mahal alias mencekik leher.
“Yang sangat kita khawatirkan keselamatan nyawa masyarakat, bahkan sudah empat kali boat ketek yang membawa penumpang, tenggelam saat menyeberangi sungai, terakhir hari ini (Selasa, 16/12/2025) boat ketek yang dipenuhi penumpang kembali tenggelam, pemerintah jangan tutup mata,” pungkas Tarmizi, warga Bireuen. (*)

















