PEMATANG SIANTAR | 1kabar.com
Suasana haru bercampur semangat profesionalisme menyelimuti ruang Convention Hall Siantar Hotel, Rabu (29/10/2025). Di balik acara penutupan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Angkatan ke 71 diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Pematang Siantar, tersimpan pesan mendalam tentang bagaimana kolaborasi antara pemerintah daerah dan organisasi wartawan menjadi kunci membangun integritas dan kualitas jurnalisme di tingkat lokal.
Kegiatan ini menjadi istimewa bukan hanya karena kehadiran Sekretaris Jenderal PWI Pusat, Zulmansyah Sekedang, tetapi juga karena dukungan penuh dari Pemerintah Kota Pematang Siantar melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo). Kolaborasi ini menjadi bukti nyata sinergi antara pemerintah dan insan pers dalam memperkuat fondasi keprofesian wartawan di daerah.
Kolaborasi Strategis: Pemerintah dan PWI dalam Satu Irama
Dalam sambutannya, Sekjen PWI Pusat Zulmansyah Sekedang mengungkapkan apresiasi mendalam atas dukungan Pemko Siantar dinilainya luar biasa.
> “Kami ucapkan terima kasih kepada Pemko Pematang Siantar melalui Diskominfo telah mendukung sepenuhnya pelaksanaan UKW Angkatan 71 Tahun 2025. Saya pribadi telah menguji di banyak daerah dan kesan saya di Pematang Siantar ini luar biasa. Mudah-mudahan kita semua akan sukses terus,” ujarnya.
Zulmansyah menegaskan, PWI Siantar bisa menjadi role model bagi daerah lain. Hal ini karena kegiatan UKW di kota ini bukan hanya seremonial, tetapi dirancang sebagai upaya pembinaan jangka panjang terhadap wartawan, dengan sistem evaluasi, pelatihan dan pendampingan berkelanjutan.
Kolaborasi dengan Diskominfo dinilai strategis. Bagi pemerintah daerah, pers kompeten berarti peningkatan kualitas komunikasi publik dan transparansi informasi. Bagi PWI, dukungan pemerintah memperkuat kapasitas organisasi dan memperluas jangkauan pelatihan bagi anggota di lapangan.
Data dan Fakta: 23 Wartawan Kompeten tapi 4 Masih Perlu Pembinaan
UKW kali ini diikuti oleh 30 wartawan terdaftar, namun 27 orang hadir dalam pelaksanaan ujian. Dari jumlah tersebut, 23 peserta dinyatakan kompeten, sementara 4 peserta belum kompeten.
Namun Zulmansyah menegaskan bahwa hasil ini bukanlah akhir, melainkan momentum untuk belajar dan memperbaiki diri.
> “Belum kompeten itu tidak berarti kiamat bagi profesi kita,” ujarnya menegaskan. “Semua nilai diberikan berdasarkan hasil pengujian. Kalau tidak sepakat, peserta bisa banding. UKW ini ruang belajar, bukan penghukuman.”
Pernyataan ini menjadi refleksi penting bagi dunia jurnalisme lokal. Di tengah derasnya arus informasi digital, kompetensi wartawan tidak lagi diukur dari kecepatan menayangkan berita, melainkan dari akurasi, integritas dan kedalaman konten.
Lead Menggugah & Etika Peneguh
Dalam sesi refleksi penutupan, Zulmansyah juga menyoroti aspek teknis dan etis sering kali luput dari perhatian wartawan di lapangan. Ia menekankan pentingnya Lead (teras berita) sebagai bagian vital dalam penyajian informasi.
> “Isi berita harus sesuai dengan lead. Di kelas saya, semuanya kompeten, tetapi pesan saya, wartawan harus banyak membaca dan memperkaya wawasan profesionalnya. Kita terlalu fokus terhadap kode etik, padahal kita juga harus memahami undang undang keterbukaan informasi publik,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam konteks era digital, Google Adsense kini lebih mengutamakan keakuratan berita, bukan siapa lebih cepat menayangkan.
> “Teman-teman tidak harus berlomba cepat tayang. Di lapangan, harus bisa berimprovisasi sembari menunggu door stop. Door stop itu penting, karena menambah kedalaman informasi bagi publik,” katanya.
Pesan ini memperlihatkan dimensi investigatif dari seorang penguji nasional, mendorong wartawan agar tidak sekadar mengejar kecepatan, tapi juga menegakkan akurasi dan tanggung jawab sosial.
Dari Pengalaman Gagal Menuju Keteladanan: Kisah Ketua PWI Surati
Momen paling emosional terjadi ketika Surati, Ketua Panitia sekaligus Ketua PWI Kota Pematang Siantar, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh penguji dan peserta. Suaranya bergetar saat mengingat perjalanan panjangnya dalam dunia jurnalisme.
> “Saya pernah gagal saat mengikuti UKW. Pengalaman itulah menjadikan saya seperti sekarang, hingga dipercaya menjadi Ketua PWI dua periode,” ungkapnya.
Kisah Surati mencerminkan sisi humanis dari profesi wartawan, bahwa kompetensi tidak datang seketika, melainkan hasil dari proses jatuh dan bangun.
Ia menegaskan kepada para peserta agar menjaga profesionalisme setelah dinyatakan kompeten.
> “Jagalah integritas. Anda semualah bakal lebih hebat dari kami ini,” pesannya.
Bagi Surati, UKW bukan hanya sertifikasi formal, melainkan pembuktian moral dan tanggung jawab sosial wartawan kepada publik.
Suara Peserta: Perjalanan Panjang Menuju Kompetensi
Salah satu peserta UKW Angkatan 71, Ebenezer Pakpahan, juga berbagi kesan menyentuh.
> “Bermodal keberanian, saya ikut UKW ini untuk menguji diri. Prosesnya panjang dan penuh pembelajaran. Terima kasih kepada para penguji atas ilmu dan bimbingannya,” ujarnya.
Pernyataan Ebenezer menggambarkan realitas lapangan, bahwa menjadi wartawan kompeten bukan hanya soal kemampuan teknis menulis berita, tapi juga mental tangguh, kemauan belajar dan kejujuran profesional.
Antara Ideal dan Realita: Refleksi Dunia Pers Daerah
Di tengah transformasi digital, UKW menjadi benteng terakhir menjaga marwah jurnalisme lokal. Hasil 23 kompeten dan 4 belum kompeten di PWI Siantar adalah cermin realitas, bahwa sebagian wartawan masih membutuhkan pendampingan, pelatihan berkelanjutan dan bimbingan etika.
Namun justru dari sini muncul semangat baru. Kolaborasi Diskominfo dan PWI membuka ruang evaluasi, membangun sistem pembinaan lebih terstruktur dan memastikan setiap wartawan memiliki kesamaan standar profesional, tanpa pandang ukuran media.
UKW Sebagai Tonggak Reformasi Pers Daerah
Pelaksanaan UKW Angkatan 71 PWI Kota Pematang Siantar tidak hanya menjadi ajang uji kemampuan, melainkan manifestasi dari reformasi dunia pers daerah.
Keterlibatan pemerintah melalui Diskominfo membuktikan bahwa tanggung jawab menciptakan ekosistem media sehat bukan hanya milik jurnalis, tapi juga pemerintah dan warga.
Zulmansyah menutup dengan pesan penuh makna:
> “Kesan saya kepada peserta, semoga perolehan ilmu dapat berguna di lapangan. Kita semua punya tanggung jawab menjaga kualitas dan kepercayaan publik terhadap pers.”
Dari ruang ujian di Siantar Hotel lahir semangat baru, bahwa kompetensi adalah jalan panjang menuju profesionalisme dan kolaborasi adalah jembatan menuju masa depan jurnalisme berintegritas.
(Wisnu Pramashena Detra Cakra Sembiring, S.Sos.)














