Deli Serdang | Tribuneindonesia.com
Pagi itu, Jumat, 13 Juni 2025, langit Tanjung Morawa tampak kelabu, seolah memberi pertanda. Di sepanjang Jalan Industri, Desa Dagang Kerawan, bau menyengat dari tumpukan sampah yang menggunung seperti monster tak kasat mata, mengancam kesehatan dan kenyamanan warga. Dalam suasana yang menggetarkan, aksi Jumat Bersih pun digelar.
Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas. Bagi warga dan petugas yang hadir sejak pukul 08.30 WIB, ini adalah pertempuran melawan bahaya yang diam-diam tumbuh di antara mereka sampah yang dibuang sembarangan, membusuk, dan mencemari.
Di balik barisan petugas berseragam dan alat berat Backhoe Loader yang mengais sampah seperti mencabik-cabik rahasia kelam kota, terkuak fakta yang lebih menyeramkan: rendahnya kesadaran masyarakat masih menjadi momok utama.
Sugan Wijaya Kusuma, Kasi Kebersihan yang mewakili Camat Tanjung Morawa, Gontar Syahputra Panjaitan, S.STP., MM, menyuarakan keprihatinan mendalam. Ia mengungkap praktik “sampah tunjang”, sebuah kebiasaan gelap masyarakat membuang sampah dari atas sepeda motor atau jendela mobil mewah, di tempat-tempat sunyi, seperti hantu yang meninggalkan jejak bau busuk.
“Ini bukan sekadar masalah kebersihan. Ini ancaman nyata. Ketika warga tetap membuang sampah sembarangan, mereka meninggalkan racun bagi anak cucu mereka sendiri,” ucap Sugan dengan nada tegas namun menyiratkan keputusasaan.
Kepala Desa Dagang Kerawan, Muhammad Nur alias Lilik, turut hadir dalam kegiatan tersebut. Enam truk kebersihan dikerahkan, membawa sampah-sampah itu ke TPA di Desa Tadugan Raga, Kecamatan STM Hilir. Namun, semua itu belum cukup bila masyarakat tetap acuh.
Teror sampah tak akan pernah benar-benar lenyap jika kesadaran kolektif tak juga tumbuh. Melalui kegiatan Jumat Bersih, pemerintah dan masyarakat mencoba melawan. Tapi apakah cukup melawan ketika sebagian dari kita justru menjadi penyebabnya?
Ilham Tribuneindonesia.com