Manado,Sulut|Tribuneindonesia.com
Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Utara (Sulut) menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan tahun 2025 dengan khidmat, Selasa (11/11/25).
Diketahui, Kepala Kejaksaan Tinggi Sulut, Jacob Hendrik Pattipeilohy, S.H., M.H., bertindak sebagai inspektur upacara dalam kegiatan yang dipusatkan di Halaman Kantor Kejati Sulut, pada Senin (10/11).
Peringatan ini dihadiri oleh jajaran pegawai dari Kejati Sulut dan Kejaksaan Negeri (Kejari) Manado, termasuk Kepala Kejari Manado, para Asisten, Koordinator, serta Kepala Bagian Tata Usaha (TU).
Dalam kesempatan tersebut, Kajati Sulut membacakan amanat resmi dari Menteri Sosial Republik Indonesia, Saifullah Yusuf.
Amanat tersebut memberikan penekanan bahwa para pahlawan bangsa disamakan dengan “cahaya” yang terus menerangi perjalanan bangsa.
Perjuangan mereka tidak hanya untuk kepentingan pribadi, melainkan demi masa depan generasi yang bahkan belum mereka kenal, sebuah warisan abadi yang harus dijaga.
Secara khusus, Jacob Hendrik Pattipeilohy menyoroti tiga keteladanan mendasar dari para pejuang kemerdekaan yang relevan untuk diterapkan di masa kini.
Poin pertama adalah kesabaran; kemerdekaan dinilai lahir dari perpaduan kesabaran, keberanian, kejujuran, kebersamaan, dan keikhlasan mulai dari sabar menempuh ilmu, menyusun strategi, hingga membangun solidaritas di tengah segala keterbatasan.
Kedua, adalah semangat mengutamakan kepentingan bangsa, terbukti dari sikap mereka yang tidak berebut kekuasaan atau harta setelah proklamasi, tetapi justru kembali mengabdi sebagai guru, petani, dan pembangun, membuktikan bahwa kehormatan sejati tidak terletak pada jabatan.
Selain itu, ia juga menekankan poin ketiga, yakni pandangan yang jauh ke depan (visioner), di mana perjuangan para pahlawan dilakukan untuk generasi mendatang dan dinilai sebagai bagian dari ibadah.
Komitmen suci tersebut menjadi landasan kokoh yang menjadikan setiap tetes darah dan air mata mereka sebagai doa yang terus hidup.
Ketiga nilai ini disajikan sebagai cerminan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kejaksaan.
Mengakhiri pidatonya, Kajati Sulut menyerukan kepada seluruh peserta upacara untuk mentransformasi semangat kepahlawanan dalam bentuk yang berbeda.
“Perjuangan tidak lagi menggunakan bambu runcing,”
tegasnya. Ia mengajak seluruh jajaran untuk mengganti alat perjuangan tersebut dengan “ilmu, empati, dan pengabdian” yang tulus dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kejaksaan, sebagai bentuk pengorbanan modern bagi bangsa dan negara. (Talia)
















