Aceh Tamiang | TribuneIndonesia.com
Ketua PENA PUJAKESUMA, Purnawirawan TNI Zulsyafri, menerima laporan dari sejumlah warga Kabupaten Aceh Tamiang terkait terhentinya pasokan gas alam ke jaringan rumah tangga selama tiga hari berturut-turut, sejak 8 hingga 10 Juli 2025. Kondisi ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, terutama para ibu rumah tangga yang aktivitas memasaknya lumpuh total.
“Banyak warga mengadu kepada kami. Mereka tidak hanya kesulitan memasak, tapi juga tidak mendapatkan informasi resmi mengenai penyebab gangguan tersebut,” ujar Zulsyafri kepada wartawan, Rabu (10/7/2025).
Siti, salah seorang warga Kota Lintang, Kecamatan Kota Kuala Simpang, mengungkapkan bahwa ia terpaksa beralih menggunakan gas elpiji 3 kg. Namun, ia kesulitan mendapatkan informasi terkait kemana harus melapor atas gangguan yang terjadi.
“Kami bahkan tidak tahu kantornya PGN di mana. Mau masak pun tidak bisa. Kompor gas elpiji juga harus diperbaiki dulu karena sudah lama tidak dipakai,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Ia menambahkan bahwa tidak adanya pemberitahuan terlebih dahulu membuat warga terkejut dan panik saat aliran gas tiba-tiba berhenti. “Tidak ada pengumuman sama sekali, tahu-tahu gas mati. Kami harus keluar uang lagi untuk memperbaiki peralatan dapur,” keluh Siti.
Keluhan serupa disampaikan oleh Saiful, warga Kampung Landok, Kecamatan Rantau. Ia menuturkan bahwa seluruh kegiatan memasak di rumahnya terhenti. Kompor gas elpiji yang telah lama tidak digunakan kini dalam kondisi rusak.
“Mau masak air saja tidak bisa. Terpaksa beli makanan dari luar. Kalau begini terus, kami akan tuntut hak kami sebagai konsumen,” ujarnya tegas.
Atas peristiwa ini, warga mendesak Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk segera memberikan klarifikasi dan solusi atas gangguan yang terjadi. Masyarakat meminta agar PGN bertindak cepat memperbaiki pasokan dan aktif memberikan informasi kepada pelanggan bila ada gangguan teknis.
“Jangan biarkan rakyat dibiarkan menebak-nebak. Ini menyangkut kebutuhan dasar, PGN harus hadir dengan pelayanan yang transparan dan bertanggung jawab,” tutup Zulsyafri.
Gangguan pasokan gas alam ini menjadi pelajaran penting mengenai perlunya peningkatan komunikasi dan akuntabilitas dalam layanan publik, terutama dalam hal kebutuhan energi rumah tangga yang vital. (Z)